Pages

Minggu, 17 April 2016

Pusat Bumi, dimanakah??

Pernah tidak memikirkan batas bumi itu seperti apa, dimana dan bagaimana? 

Dahulu ketika saya kecil berkali-kali mencoba menjawab pertanyaan yang saya buat sendiri,  bumi yang saya sebut dengan nama dunia. 

Sambil mengerutkan dahi dan menerka-nerka, mungkin tidak ya kalau batas dunia itu galengan (batu yang tersusun dari bawah ke atas sebagai pembatas area tanah) baca saja pematang, karna orang-orang di kampung saya menyebutnya dengan nama galengan, jadi saya tahunya juga begitu.hehe

Back to topik... Jika menggunakan pematang yang disusun tinggi sampai ke langit bisa menjadi pembatas? Iya begitu mungkin... Eh tapi kan tetap saja setelah dikasih pematang langitnya masih ada...hmm berarti pematang tidak bisa menjadi batas dunia. 

Kalau memakai tembok yang besar? Yah.. pematang dengan tembok kan hampir sama. Ho..ho..ho.. ini pemikiran anak kecil yang belum memiliki ilmu pengetahuan, soalnya belum sekolah dan orang tua juga belum mengajarkan pelajaran ilmu alam. Mau searching... jangankan Handphone Androit Handphone Nokia 3315 aja belum punya. Hihihi.

Alhamdulillah setelah sekolah dan mendapatkan banyak pelajaran tentang dunia, maka terjawab sudah pertanyaan yang selama ini mengganjal di fikiran. Bahwa bumi itu berbentuk bulat dan ujungnya (kutubnya) saling bersambungan. So..bumi itu tidak membutuhkan pembatas. OK clear.

Bentar..bentar..bumi itu kan bulat, pusatnya dimana? Barangkali di kutubnya. Ada Kutub Utara dan Kutub Selatan. Tapi koq ada dua utara dan selatan? Sedangkan pusat itu kan harusnya cuma ada satu? 

Yuk belajar lagi !!

Masih ingat pelajaran sains ga? di sana dikatakan bahwa Greenwich Mean Time (GMT) yang menjadi titik nol waktu di seluruh dunia.

Pada mulanya pakar astronomi Sir Sanford Fleming memiliki gagasn penetapan waktu ini digunakan sebagai waktu kereta api pada tahun 1870-an.
Ini baru gagasan satu orang jadi masih belum bisa menjadi patokan penetapan bahwa Greenwich merupakan pusat bumi.

Oleh karena itu, pada tahun 1884 diselenggarakan Konferensi Meridian Internasional di Washington yang dihadiri oleh 27 utusan berbagai negara, termasuk sejumlah pakar astronomi dari seluruh dinia, dan diputuskan bahwa negara dibagi dalam 24 zona waktu, setiap zona melebar 15 derajat bujur bumi dari Greenwich, sejak saat itulah dunia mengakui Greenwich adalah titik nol dunia.

Ternyata ini pun belum dapat di jadikan sebagai argumentasi ilmiah, karena untuk pusat bumi itu harus berada pada titik Zero Magnetism alias tidak ada kecenderungan antara utara ataupun selatan, jarum kompas tidak akan bergerak karena daya tarik yang sama. Dan tempat yang memiliki titik Zero Magnetism berada di Makkah.



Hal ini terbukti pada saat perhitungan untuk menentukan arah kiblat yang dilakukan oleh para matematikawan dan astronom muslim bahwa setiap tahun ada dua hari dimana matahari berada tepat di atas Ka’bah, dan arah bayangan matahari dimanapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap tanggal 28 Mei pukul 09.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 09.27 GMT (16.27 WIB) untuk tahun biasa. Sedang kalau tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari, dengan jam yang sama.

Tentu saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain dimana matahari tepat di “balik” Ka’bah (antipoda), dimana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka’bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan 16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB).

Bukti yang lain, pada saat Astronout Neil Amstrong melakukan perjalanan ke luar angkasa, ia terpesona menyaksikan planet bumi yang seolah menggantung dalam kegelapan. Para Astronout lagi-lagi dibuat takjub bahwa ada sebentuk radiasi yang memancar cukup jelas dari Makkah, lebih tepatnya Ka’bah, pusat sujud miliaran muslim di seluruh dunia. Hebatnya, radiasi tersebut seolah tidak berujung, bahkan ketika astronout itu melanjutkan perjalanan untuk memotret planet mars, radiasi itu terus terlihat. 
Itulah letak pusat bumi yang tepat.

Subhanallah kuasa Allah atas segala penciptaan-Nya yang tersusun dengan rapih dan sempurna.


Ref : dari berbagai sumber