Pages

Minggu, 09 Januari 2022

Tafsir Surat An Naas




Surat An-Naas dan Al-Falaq disebut juga dengan surat Al-Mu’awwidzatain yang artinya dua surat yang melindungi. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Rasulullah kepada Abdullah ibnu Abbas bahwa kedua surat tersebut adalah surat-surat yang digunakan untuk memohon perlindungan.

Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa surat An-Naas dan Al-Falaq diturunkan saat Nabi Muhammad SAW di sihir oleh seorang Yahudi bernama Labid bin Al-Ashom, Nabi di buat seolah-olah pergi mendatangi istri beliau. Kemudian Allah SWT mengirimkan Malaikat Jibril untuk membacakan Surat An-Naas dan Al-Falaq sebagai doa ruhiyah.

Surat An-Naas dan Al-Falaq merupakan satu paket pasangan surat yang serasi, unik dengan keutamaannya, unik dengan kandungan suratnya, serta unik dengan keindahannya.


Katakanlah (wahai Muhammad) Aku berlindung kepada Tuhan manusia.

أَعُوذُ artinya memohon perlindungan

Menurut Ibnul Qoyyim  أَعُوذُ memilik dua makna :

1. As-Sitr : artinya pembatas atau penutup.

Misalnya : seorang anak yang di ajak orang tuanya untuk periksa ke dokter, saat anak takut kepada dokter maka anak tersebut akan memposisikan diri di belakang orang tuanya. Seseorang yang memohon perlindungan kepada Allah SWT ia harus selalu di belakang aturan, tuntunan, dan petunjuk dari Allah SWT, agar Allah memberikan pembatas dengan apa yang seseorang khawatirkan / takutkan. Sekiranya seseorang tersebut melangkahi,

 dan tidak mengikuti aturan / petunjuk tersebut maka ia termasuk orang yang tidak jujur saat mengucapkan kalimat أَعُوذُ.

2. Luzumul mujawarroh : ingin selalu dekat erat / menempel

Seseorang ingin senantiasa dekat dengan Allah SWT, jika merasa jauh ia akan segera mendekat kembali, jika sudah dekat maka akan berusaha memegang dengan kuat (berpegang teguh) wa’tasimu bihablillah.


Rabb : Pencipta, Pengatur, pemilik

Rabb mewakili seluruh sifat dan asma-asma Allah 

Rabbin naas : kita sebagai manusia ada yang menciptakan (Allah) bukan lahir dengan sendirinya, ada aturan Allah, ada takdir Allah dalam penciptaan manusia. 


Rajanya Manusia

Allah raja yang sesungguhnya. Selain Dia raja hanyalah sebutan atau kiasan saja. Allah lah raja yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam kehidupan manusia dan memiliki hak secara mutlak dalam mengatur kehidupan manusia. 


Sesembahan Manusia

Ilaa : yang diibadahi 

Hanya Allah SWT yang pantas dan layak diibadahi, bukan kepada makhluk, bukan kepada hawa nafsu dan bukan kepada dunia. 

Ibadah = puncak ketundukan dan kerendahan di gabungkan dengan puncak rasa cinta.

Ayat 1 – 3 merupakan bentuk tawasul dengan memuji Allah.


Dari kejahatan (bisikan) yang tersembunyi.

Al was-was dan Al-khannaas menurut Abdullah ibnu Abbas bermakna Asy-Syaithan.

Al-khannaas : syaithan yang mengintai / memantau / memata-matai hati manusia.

Syaithan melancarkan aksinya untuk menjerumuskan  manusia di saat hati sedang lengah dalam mengingat Allah. Apabila hati senantiasa terikat dengan Allah maka syaithan tidak akan mampu untuk menembusnya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Az-Zukhruf ayat 36, yang artinya : 

“Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.”


Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.

Was-was : sesuatu yang dilemparkan ke dalam hati manusia dari pemikiran berupa asumsi-asumsi, khayalan-khayalan, fantasi, ketakutan, kekhawatiran yang sejatinya tidak ada hakikatnya/kebenarannya.

Firma Allah surat Al-Baaqarah ayat 268, yang artinya :

 “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Lisan dan perbuatan manusia itu semuanya bermuara dari hati, hati ibarat motor pengendali manusia, jika hatinya bersih maka akan tercermin dari perkataan yang baik dan perilaku yang baik pula, pun sebaliknya jika hati manusia kotor maka akan tercermin pula dari lisan dan perilaku yang tidak baik. Sebagaimana sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim :

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika segumpal daging tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh jasad itu. Adapun jika segumpal daging tersebut rusak mereka akan rusak pulalah seluruh jasad. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati.”

Ibnul Qoyyim berkata, godaan syaithan itu bermula dari bisikan-bisikan. Awalnya seseorang tidak memikirkan untuk berbuat kemaksiatan, kemudian syaithan datang dengan membisikkan akan kenikmatan perbuatan maksiat tersebut. Lalu muncullah irodah / kehendak di hati manusia yang telah berhasil di godanya, syaithan akan terus berbisik menghiasi kemaksiatan dengan cara menggambarkan kelezatannya dengan melebih-lebihkan dan membuat lupa manusia akan akibatnya. Setelah itu akan muncul azzam / tekad, ada usaha dalam diri manusia untuk melakukan hal tersebut, maka syaithan pun akan datang membawa seluruh pasukannya untuk membuat seseorang menjadi gelisah jika tidak melakukannya. Sampai akhirnya orang tersebut melakukan kemaksiatan dan terjerumus ke dalamnya. Na’udzubillah.

Kunci agar kita terhindar dari godaan syaithan adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT 


Dari jin & manusia.

Yang menggoda manusia untuk berbuat kemaksiatan itu adalah syaithan. Makna syaithan adalah sifat buruk yang ada pada diri jin dan sifat buruk pada diri manusia.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 112, yang artinya :

Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan......”


Implementasi 

Surat An-Naas merupakan surat yang dibaca untuk memohon perlindungan kepada Allah, oleh karena itu surat ini menjadi penting untuk kita baca saat dzikir pagi dan petang, setelah sholat, menjelang tidur dan ketika kita bermimpi buruk.

Syaithan (dari kalangan jin) itu tak tampak oleh mata kita, maka tak ada cara untuk menghindarinya bagi kita kecuali memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Memilih teman yang baik dan sholeh merupakan salah satu upaya kita agar tidak terjerumus dalam lubang kesesatan.


Sumber :

1. Kajian Ustadz Nuzul Dzikri via youtube

2. Kajian Ustadz Firanda Andirja via youtube.