Surat An-Naas dan Al-Falaq disebut juga dengan surat Al-Mu’awwidzatain yang artinya dua surat yang melindungi. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Rasulullah kepada Abdullah bahwa kedua surat tersebut adalah surat-surat yang digunakan untuk memohon perlindungan.
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa surat An-Naas dan Al-Falaq diturunkan saat Nabi Muhammad SAW di sihir oleh seorang Yahudi bernama Labid bin Al-Ashom, Nabi di buat seolah-olah pergi mendatangi istri beliau. Kemudian Allah SWT mengirimkan Malaikat Jibril untuk membacakan Surat An-Naas dan Al-Falaq sebagai doa ruhiyah.
Surat An-Naas dan Al-Falaq merupakan satu paket pasangan surat yang serasi, unik dengan keutamaannya, unik dengan kandungan suratnya, serta unik dengan keindahannya.
Ayat 1
“Katakanlah (wahai Nabi) aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh”
A'uudzu artinya memohon perlindungan.
Menurut Ibnul Qoyyim a'uudzu memiliki dua makna :
1. As-Sitr : artinya pembatas atau penutup.
Seseorang yang memohon perlindungan kepada Allah SWT ia harus selalu di belakang aturan, tuntunan, dan petunjuk dari Allah SWT, agar Allah memberikan pembatas dengan apa yang seseorang khawatirkan / takutkan. Sekiranya seseorang tersebut melangkahi, dan tidak mengikuti aturan / petunjuk tersebut maka ia termasuk orang yang tidak jujur saat kalimat mengucapkan a'uudzu.
2. Luzumul mujawarroh : ingin selalu dekat erat / menempel.
Seseorang ingin senantiasa dekat dengan Allah SWT, jika merasa jauh ia akan segera mendekat kembali, jika sudah dekat maka akan berusaha memegang dengan kuat (berpegang teguh) wa’tasimu bihablillah.
Makna Rabb adalah pencipta, pemilik, pengatur.
Falaq artinya waktu subuh. Yang ditekankan pada ayat ini adalah memohon perlindungan kepada Allah di waktu kegelapan malam, dan subuh merupakan waktu terjadinya pergantian malam menuju siang.
Ayat 2
“Dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan”
Yaitu seluruh makhluk ciptaan Allah yang berpotensi membawa keburukan, termasuk hawa nafsu, kebodohan diri, anak-anak, bisa juga pasangan, keluarga, tetangga, lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Ayat 3
“dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”
Kenapa di khususkan waktu malam? Karena kejahatan sering terjadi di malam hari, seperti pencurian, perampokan, sihir, perzinaan. Selain itu sesuatu yang disandingkan dengan kata malam itu memiliki makna negatif, misalnya hiburan malan, wanita malam, kupu-kupu malam, club malam dan lain-lain.
Ayat 4
“Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul”
Buhul adalah sebuah benda atau media sihir, seperti jimat, rajah, benda-benda antik, batu, rambut dan lain sebagainya.
Sebab di khususkan pada perempuan adalah:
1. Zaman tersebut yang menjadi tukang sihir kebanyakan perempuan.
2. Sihir yang paling ampuh yang dibuat oleh seorang perempuan, karena jika seorang perempuan sudah jengkel atau marah, jiwa jahatnya keluar saat berinteraksi dengan jin.
Ayat 5
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”
Kisah hasad di langit pertama kali terjadi pada kedengkian iblis saat di perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adan AS. Iblis enggan bersujud karena merasa dirinya lebih mulia diciptakan dari api sedangkan Nabi Adam AS diciptakan dari tanah.
Kisah hasad di bumi pertama kali terjadi pada Qobil dan Habil. Qobil mempersembahkan kurbannya berupa hasil panen dengan kualitas yang kurang baik (ala kadarnya), sedangkan
Habil mempersembahkan kurbannya dengan seekor kambing dengan pilihan terbaik. Oleh karenanya persembahan Habil yang diterima oleh Allah SWT. Lalu timbul perasaan hasad pada hati Qobil hingga membunuh saudaranya sendiri yaitu Habil.
Lalu kisah hasad yang kedua, terjadi pada Nabi Yusuf AS, hingga suatu hari saudara-saudara Yusuf dengan sangat keji melemparkannya ke dalam sumur, karena merasa iri kepada Yusuf yang paling di sayang oleh ayah mereka.
Hasad tingkat pertama : benci kalau orang lain mendapatkan nikmat
Hasad tingkat kedua : berusaha menghilangkan nikmat yang diterima orang lain.
Hasad tingkat ketiga : berusaha agar nikmat orang lain pindah kepadanya.
Sejatinya setiap manusia itu memiliki sifat hasad dalam hatinya, akan tetapi orang yang baik akan berusaha menyembunyikan hasadnya tersebut, sedangkan orang jahat akan cenderung menampakkan hasadnya, sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyyah :
“Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad. Namun orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.”
Sebenarnya hasad ini membuat hidup kita menjadi tidak tenang, rasa gelisah berlebihan, menyebabkan banyak fikiran, dan menyiksa diri. Gelisah bila orang lain mendapatkan kenikmatan dan senang ketika orang lain mendapatkan kesusahan, naudzubillah.
Lalu apakah ada iri yang dibolehkan ? Ada, yaitu iri terhadap orang-orang yang berilmu, lalu ilmu tersebut diajarkan kepada banyak orang, yang kedua iri kepada orang yang banyak harta, yang hartanya tersebut digunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan serta dibelanjakan di jalan Allah.
Nah, saya jadi menengok pada diri sendiri, mungkin kegelisahan dan ketidaktenangan yang selama ini saya rasakan itu salah satu sebabnya mungkin adanya sifat dengki yang sering muncul dari dalam hati, meski kadang-kadang yang terlintas dalam benak itu hanya keinginan untuk bisa seperti Si A, Si B Si C atau si D, yang justru itu membuat diri saya luput untuk bersyukur, karena terfokus memikirkan itu tadi, dan memang itu kadang-kadang tidak saya sadari, astaghfirullaah.
Sumber :
1. Kajian Ustadz Firanda via youtube
2. Kajian Ustadz Nuzul Dzikri via youtube