Pages

Minggu, 29 Mei 2022

TADABBUR SURAT AL KAUTSAR



Ayat 1

 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak”.

Kata “kami” dalam ayat Al Quran sering ditanyakan oleh orang-orang Nashara, kenapa menggunakan kata “kami” apakah Tuhan kalian menunjukkan trinitas? Nah sebenarnya makna “kami” memilik 2 arti:

1. Kami sebagai bentuk pengagungan, sebagai mana yang terkandung dalam surat Al Fatihah ayat 6 “tunjukanlah kami jalan yang lurus” .

2. Kami sebagai bentuk jumlah yang banyak.

Al Kautsar secara bahasa berasal dari kata Al Katsrah yang artinya banyak

Menurut para Ulama Al Kautsar memiliki dua arti:

1. Al Kautsar : nikmat banyak yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti nikmat kanabian, nikmat akhlak yang mulia, nikmat pengagungan, nikmat hidayah, nikmat iman dll.

2. Al Kautsar : Nama sungai di surga atau telaga Nabi di Padang Mahsyar yang hanya bisa di capai oleh orang-orang yang beriman dan mengikuti agama Nabi. Dan barang siapa yang meminum aur dari telaga Al Kautsar maka ia tak akan pernah merasakan haus selamanya. Masya Allah!


Ayat 2

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!”.

Dalam ayat 2 ini, karena Allah telah memberikan nikmat yang banyak maka Nabi diperintahkan untuk mengerjakan shalat dan berkorban sebagai sebaik-baik bentuk rasa syukur. Shalat merupakan ibadah badan terbaik sedangkan berkorban adalah ibadah harta terbaik.


Ayat 3

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Orang-Orang kafir mencela Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Batr (terputus), kala itu Nabi Muhammad sedang dalam keadaan berduka karena semua anak laki-laki beliau telah Allah panggil mendahului beliau. Sehingga tidak ada penerus anak laki-laki di dalam keluarga Nabi. Jadilah hal ini menjadi bahan olok-olok oleh orang-orang kafir. Sejatinya yang terputus dari nikmat Allah itu adalah merekan bukan Nabi, nikmat kepada Nabi akan terus mengalir, beliau tetap mulia di sisi Allah, di puji dan di sanjung nama beliau, tetap terhormat dan senantiasa di agungkan.


Sumber belajar :

Kajian Ustadz Firanda via youtube.


Sabtu, 21 Mei 2022

TADABBUR SURAT AL KAFIRUN

 

Sebab turunnya QS. Al Kafirun

Suatu hari datanglah 4 orang kaum musyrikin, mereka adalah Al Aswad, Al Wahid, Umayyah dan Al Ash kepada Rasulullah SAW, untuk memberikan penawaran kepada beliau :

1. Menawarkan harta, agar Rasulullah SAW menjadi orang paling kaya.

2. Menawarkan wanita, Rasulullah SAW bebas memilik wanita mana saja yang beliau suka.

Rasulullah SAW menolak kedua tawaran tersebut. Kemudian kaum musyrikin memberikan penawaran yang ketiga yakni, bergantian dalam menyembah Tuhan, setahun sama-sama menyembah Allah kemudian setahun berikutnya bergantian menyembah Tuhannya kaum musyrikin.  Dengan sangat tegas Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut.


Makna Ayat

Ayat 1

Nabi Muhammad SAW diperintah oleh Allah SWT untuk memanggil orang kafir secara tegas dan keras. Nabi Muhammad sebenarnya memiliki sikap lembut yang sangat luar biasa, akan tetapi saat menghadapi kemungkaran beliau bersikap sangat tegas. Sebagaimana mana tertuang dalam QS. Ali Imran ayat 159, “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.....(QS. Ali Imran:159)

Kenapa di sini menggunakan kata kafir? 

a. Karena ini perintah Allah SWT.

b. Istilah kafir ada dalam islam, yaitu ada 2 jenis :

- Kafir asli : sejak lahir sudah menjadi kafir seperti orang-orang musyrikin, ahli kitab, atheis dan lain-lain.

- Kafir karena murtad


Ayat 2

“Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”

Pada ayat ini mengajarkan 2 prinsip :

1. Tidak boleh menyembah sesembahan orang-orang kafir.

2. Tidak boleh meniru cara ibadahnya orang-orang kafir.


Ayat 3

“Dan kalian bukan penyembah apa yang aku sembah” 

Faktanya 4 orang yang memberikan penawaran kepada Nabi tersebut yakni Al Aswad, Al Wahid, Umaiyyah dan Al Ash sampai ajal menjemput mereka tidak pernah meninggalkan sesembahan mereka, dan tetap menjadi kafir. Karena orang-orang musyrikin cenderung bosan 9dengan 1 Tuhan, ia akan selalu berganti Tuhan bila merasa bosan dan melihat ada Tuhan yang lebih keren. 


Ayat 4 dan Ayat 5

“Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah” (4)

“Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah”(5)

Ayat 4 memiliki kemiripan dengan ayat 2, sedangkan ayat 5 mirip dengan ayat 3. Apakah ini merupakan sebuah bentul pengulangan? Para ulama ternyata ada perbedaan pendapat.

1. Ulama pertama berpendapat bahwa ini murni pengulangan sebagai mana yang terdapat dalam surat Ar Rahmaan فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. Kenapa di ulang? Hal ini sebagai bentuk penegasan atas jawaban Nabi. Agar orang-orang musyrikin tidak kembali bernegosiasi dengan Nabi. 

2. Pendapat Ulama yang kedua  mengatakan bukan bentuk pengulangan  ayat 4 dan 5 ini berbeda maknanya dari ayat 2 dan 3. Ayat 2 dan menjelaskan bahwa Nabi tidak akan menyembah sesembahan orang musyrikin pada saat sekarang (kejadian). Sedangkan ayat 4 dan menjelaskan bahwa orang-orang musyrikin tidak akan pernah menyembah Allah di masa kini maupun di masa yang akan datang, istilah kerennya mereka hanya memberi harapan palsu kepada Nabi atas tawaran yang mereka buat.


Ayat 6

“Untukmu agamamu dan untukku agamamu”

Ayat ini merupakan kesimpulan dari penjelasan ayat-ayat sebelumnya sekaligus sebagai penutup. Ibnu Abas RA menjelaskan bahwa agama orang-orang musyrikin adalah kekufuran, sedangkan agama Nabi adalah agama yang sempurna, keduanya tidak bisa disamakan, karena balasan mereka adalah neraka, sedangkan balasan agama Nabi adalah surga. 


Sumber Belajar : 

Kajian Ustadz Abdullah Zaen via yuotube.