Pages

Senin, 04 Juli 2022

Tadabbur Surat Al Ashr


Surat Al-Ashr di sebut juga dengan Surat Wal-Ashr. 

Tak ada hadits khusus yang menyebutkan kapan waktu yang di tekankan untuk membaca surat Al-Ashr, akan tetapi ada satu moment sahabat Rasul membaca surat ini yaitu ketika bertemu dan sebelum berpisah. 

AYAT 1 

“Demi masa” 

Diawali dengan sumpah “demi”, hal ini menunjukkan betapa pentingnya, betapa seriusnya, ada penekanan serta penegasan). 

Makna Al-Ashr 

1. Masa / waktu / zaman. 

2. Waktu sore yakni dimulai saat matahari mulai tergelincir (setelah waktu dzuhur) sampai matahari terbenam. 

3. Shalat asar. 

Dari ketiga pendapat tersebut menurut Imam Thobari yang paling kuat adalah Al Ashr bermakna masa / waktu / zaman yang cakupan maknanya lebih luas. 

Kenapa Allah menonjolkan waktu? 

Karena waktu merupakan sebuah wadah dari seluruh perbuatan yang kita kerjakan. Allah menjelaskan betapa pentingnya waktu, masing-masing orang telah Allah swt berikan porsi waktu yang sama dengan kondisi yang berbeda. Misalnya saat dini hari, orang-orang beriman sedang khusyuk mendekatkan diri kepada Rabb-Nya, di saat yang sama pula para komplotan penjahat sedang melakukan aksinya pula untuk mengambil harta orang lain.  

Kenapa Allah bersumpah menggunakan waktu? 

Padahal tidak boleh bersumpah kecuali dengan nama Allah, dalam sumpah ada pengagungan dan yang pantas di agungkan hanyalah Allah. 

Sejatinya sebagai seorang hamba, kita tidak pantas menanyakan kenapa atas segala ketetapan Allah. Ketetapan Allah itu pasti yang terbaik, paling tepat, paling benar, paling adil, bijaksana dan sempurna karena Allah dzat Yang Maha Segalanya.  

Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan kita agar mampu berfikir, memaknai, dan merenungi tentang urgensi waktu. Ada beberapa ayat lain yang Allah swt bersumpah atas nama makhluknya : 

 وَالشَّمْ سِ وَضُحَاهَا 

“Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah)” 

 وَاللَّيْ لِ  إذَا يَغْشَ ىِ 

“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)” 

 

AYAT 2 

Makna manusia :  

1. Orang-orang kafir 

2. Semua manusia baik muslim maupun yang kafir.  

Makna Qusrin : Kerugian, kekurangan, siksaan, kebinasaan. 

Kerugian ada dua macam : 

1. Kerugian total  

2. Kerugian sebagian 

Sebagai Permisalan seorang pedagang terkadang mengalami kerugian, bisa kerugian total (modalnya ikut tidak kembali) maupun kerugian sebagian. Nah kita sebagai seorang hamba juga tentu punya modal dalam hidup ini yakni UMUR. Dan Allah telah memberikan modal tersebut kepada kita semua, tergantung bagaimana masingmasing kita memanfaatkan modal yang telah Allah kasih tersebut.  

Siapakah yang mengalami kerugian total? 

Yakni orang-orang kafir, sebagaimana telah Allah jelaskan dalam surat Ali Imran ayat 85 yang artinya “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.  

Sebanyak apapun kekayaan yang mereka kumpulkan  maka tak akan ada manfaatnya sama sekali kelak di hari kiamat dan tak dapat digunakan untuk menebus siksa Allah swt. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab pada hari Kiamat, niscaya semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih”, (QS. Al Maidah : 36). 

Lalu siapakah yang mengalami kerugian sebagian? 

Yakni seorang muslim yang tidak memaksimal memanfaatkan umurnya terhadap 4 hal sebagaimana yang telah Allah jelaskan pada ayat selanjutnya. “Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami” (QS. Al A’raf : 9) 

Makna  “laa” : benar-benar berada di dalam kerugian, artinya tenggelam di dalamnya.  

Baru menyadari kalau manusia rugi itu saat ajal di depan mata, merasa bekal masih sedikit, sedangkan dosa terlampau banyak, padahal harga surga tak bisa dibayar dengan amalan yang sedikit itu, sholat masih belum khusyuk, lisan masih sering humazah dan lumazah, mata masih sering melihat hal-hal haram, telinga masih sering mendengar perkataan kotor, hati belum sepenuhnya tunduk terhadap syariat Allah swt, diri masih sering membalas kenikmatan Allah dengan kemaksiatan. Dan tatkala ajal datang menjelang, segala permintaan penangguhan kematian tak akan bisa meski hanya sedetik. ‘Ya Allah tambahkan umur kepadaku, niscaya aku akan banyak bersedekah, banyak membaca dan mempelajari Al Quran, rajin shalat, dan beramal baik yang banyak  akan tetapi kesempatan itu telah tiada.  

Menjadi pengingat diri bahwa mari kita manfaatkan umur kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal di saat ajal telah tiba. Naudzubillah. 

Sebab seseorang merugi 

- Rakus terhadap harta : berbohong demi uang, menghalalkan segala cara demi uang, manipulasi laporan keuangan agar untung dll. 

- Rakus terhadap kedudukan : Membeli suara saat pemilu, curang dalam pemilihan, praktik suap dll. 

 

AYAT 3 

Syarat selamat dari kerugian : beriman, mengerjakan amal sholeh, menasihati untuk kebenaran dan menasihati untuk kesabaran. 

Iman itu apa?  

Sebagaimana dalam sebuah hadits yang di tanyakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yakni mencakup 6 rukun Iman. 

Untuk memahami apa itu rukun iman kita perlu memiliki ilmu agama, makanya hukum belajar ilmu agama itu wajib agar ilmu tersebut membatu kita dalam beramal. Misalnya tentang Iman Kepada Allah minimal harus ada 4 hal yang kita yakini : 1. Yakin bahwa Allah swt itu ada, 2. Yakin bahwa Allah swt satu-satunya yang menciptakan, menguasai dan mengatur, 3. memahami dengan benar asmaasma Allah dan sifat-sifat-Nya, 4. Yakin Allah swt satu-satunya yang berhak di sembah. Pun dalam bermuamalah juga butuh ilmu dalam pelaksanaannya.  

Beramal shalih 

Orang yang mengerjakan amal sholih itu sudah pasti butuh ilmu. Allah telah mengkaruniakan kepada kita penglihatan, pendengaran dan juga hati, agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya saat belajar. Baik belajar ilmu agama  maupun ilmu dunia. 

 

 

Sumber Belajar : 

Kajian Ustadz Abdullah Zaen