Pages

Senin, 15 Mei 2023

TADABBUR SURAT AL FAJR


Struktur Surat

Ayat 1-5

Sumpah Allah swt, agar orang yang membacanya bisa berfikir secara imajinatif atas sumpah yang Allah swt sampaikan (bahan perenungan) melalui akal yang Allah berikan.

Ayat 6 -14

Allah memberikan kabar kisah-kisah orang terdahulu yang memiliki kekuatan yang sangat besar, kekayaan yang melimpah, kota yang sangat maju  dan peradaban yang sangat gemilang. Namun mereka bersikap sombong, mengabaikan dan memusuhi Nabi mereka, ingkar terhadap Allah, maka Allah hancurkan mereka semuanya dengan balasan yang mengerikan semasa hidup di dunia.

Ayat 15-20

Sejatinya kekayaan dan kemiskinan itu merupakan ujian dari Allah swt.

Ayat 21-26

Penyesalan orang-orang di akhirat, karena semasa hidup di dunia tenggelam dalam kemaksiatan.

Ayat 27-30

Penghargaan / hadiah Allah swt kepada orang-orang Mukmin.


Penjelasan

Ayat 1

وَالْفَجْر

"Demi waktu fajar"

الْفَجْر berasal dari kata fajara = merobek, membelah ~ cahaya yang merobek kegelapan malam

Perbedaan Makna fajar :

- Awal waktu pagi

- Sholat Subuh

- Waktu siang seluruhnya

- Fajar di hari idul adha

- Fajar pertama di bulan dzulhijah

- Fajar pertama di bulan muharram

Keistimewaan Waktu Fajar :

Ibadah di waktu fajar disaksikan langsung oleh Allah swt, malaikat malam dan malaikat siang.

Didoakan oleh Rasulullah SAW, “Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.” (HR Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Membuka pintu-pintu rejeki. Rasullah saw berkata kepada Fatimah, Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezeki kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dengan terbit matahari.

Menyehatkan badan, menyegarkan fikiran.


Ayat 2

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

"Demi malam yang sepuluh"

Para mufassir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, diantaranya :

- Malam 10 terakhir di bulan ramadhan

- Malam 10 awal bulan dzulhijah

- Malam 10 awal bulan muharram

Pendapat yang paling benar berdasarkan hadis Jabir ialah 10 Zulhijah, karena 10 Zulhijah merupakan untuk penyempurnaan rukun Islamnya, yakni saat melaksanakan ibadah haji, seakan-akan seseorang telah menyempurnakan rukun islamnya.

Jika di kaitkan antara fajar dan 10 malam, yang paling terlihat perubahannya adalah qomar / bulan. Jika kita tarik hubungannya Allah sedang membicarakan fajar yang merobek kegelapan malam, lalu 10 malam yang ditandai dengan bulan yang cahayanya semakin hari semakin terang.

Sebagian ulama ada yang mengaitkan kondisi ini dengan umat muslim Makkah pada waktu dulu sebelum Islam datang. Sebelum Islam datang kondisi Mekkah dalam kegelapan jahiliyah. Kemudian lahirlah utusan Allah swt, yakni Muhammad saw yang membawa risalah seperti datangnya fajar yang merobek kegelapan jahiliyah, meski siksaan dan ancaman terus belia dapatkan namun secara perlahan cahaya islam terus berkembang menjadi semakin terang.


Ayat 3

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

"demi yang genap dan yang ganjil"

لشَّفْعِ = genap/ganda, لْوَتْر = ganjil/tunggal

Makna ganda : Sholat dengan rakaat genap, berpasangan (bumi-langit, siang-malam, laki-laki – perempuan).

Makna ganjil : sholat dengan rakaat ganjil, Allah yang Maha Esa.


Ayat 4 

وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ

"dan demi malam apabila berlalu"

Malam mulai memudar karena datangnya cahaya, 

Syaikh Sya’rawi mengatakan bahwa ayat 1-4 ini berkaitan dengan ujung ayat pada surat ini. Bahwa orang yang tenang itu akan senang beribadah di waktu ⅓ malam 10 malam yang utama, senang dengan yang fardhu baik yang rakaat genap maupun ganjil.


Ayat 5

هَلْ فِي ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ

"Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?"

حِجْرٍ maknanya akal, sesuatu yang menghalangi manusia agar tidak berbuat keburukan, dari perbuatan yang tidak benar. Akal berfungsi sebagai filter agar manusia tetap berjalan pada aturan Allah swt.

Jika dilihat dari konteksnya maka sumpah di atas, ditujukan untuk kaum Quraisy dan juga untuk umat islam. 

Bagi kaum Quraisy agar memahami bahwa Nabi sebagai utusan Allah yang menerima wahyu itu bagaikan fajar yang menerangi kegelapan jahiliyah, apakah kalian mengira bisa memadamkannya? Semua ini datangnya dari Allah swt, kenapa kalian terus melawan Rasul dan tidak takut kepada Allah?.

Bagi umat islam agar sumpah ini menjadi penguat karena siksaan yang mereka terima dari orang-orang kafir, yakinlah bahwa perjuangan ini semakin lama akan semakin terang sebagaimana sang fajar.


Ayat 6-8 

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad, 

إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

أَلَمْ تَرَ = tidakkah kamu memperhatikan (dengan penglihatan), Alamta ’lam = tidakkah kamu memperhatikan (dengan pendengaran). Maknanya, sesuatu yang kita saksikan langsung dengan mata akan lebih membekas di bandingkan yang kita dengar lewat telinga. 

Menceritakan tentang kisah Kaum Ad yang memiliki peradaban yang sangat maju dan modern, kekuatan yang sangat besar dan power full. Allah gambarkan Kota mereka sangat maju dan belum pernah terjadi di negeri itu. Namun Kaum Ad tidak mau beriman kepada Allah swt, mereka berbuat sesuka hati, tanpa mengindahkan peringatan yang disampaikan oleh Nabi mereka.

Lalu Allah swt timpakan kepada mereka angin topan yang sangat dingin selama tujuh hari delapan malam secara terus-menerus hingga ternak-ternak yang mereka pelihara berterbangan, peradaban yang mereka bangun secara susah payah hancur berkeping-keping, tubuh mereka bergelimpangan dimana-mana seperti pohon kurma yang telah lapuk.


Ayat 9

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.

جَابُوا = memahat / membelah, الصَّخْرَ = tumpukan / bangunan batu-batu besar.

Ayat ini menginformasikan tentang Kaum Tsamud yang mayoritas kaumnya memiliki keahlian di bidang pertanian, peternakan dan arsitektur. Karena keahlian tersebut membuat mereka menjadi sombong dan merendahkan kaum lainya. Kehidupan mereka selalu diisi dengan berfoya-foya, mabuk-mabukkan, berzina dan berbuat kejahatan.

Mereka juga tidak pernah mendengarkan ajakan Nabi Soleh untuk beriman kepada Allah dan meninggalkan kemaksiatan yang mereka kerjakan. Hingga pada puncaknya dua orang diantara mereka membunuh unta Nabi Saleh yang seharusnya tidak boleh di ganggu apalagi sampai di bunuh. Lalu setelah itu Allah timpakan kepada mereka petir yang menggelegar dan gempa bumi yang dahsyat hingga menghancurkan mereka semua.


Ayat 10-13

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ

Dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)

الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri

فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ

maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka.

لْأَوْتَادِ = pilar yang ujungnya runcing, seperti piramida yang di bangun oleh fir’aun, yang digunakan untuk menyalib musuh-musuhnya, termasuk untuk menyalib istrinya sendiri (Bunda Asiyah RA). 

طَغَوْا فِي الْبِلَادِ = sewenang-wenang, dzolim, keterlaluan

الْفَسَادَ = berbuat kerusakan yang semakin menjadi-jadi.

فَصَبَّ = ibarat air satu ember di tumplekkan sekaligus

سَوْطَ = cemeti, cambukan keras yang sekali dipukul itu bisa menyebabkan antara kulit, daging dan darah menjadi satu

Kisah fir’aun, Allah tujukan kepada orang-orang Quraisy (audien utama). Raja kejam yang semena-mena terhadap rakyatnya, mengaku sebagai tuhan, membunuh semua anak laki-laki yang baru lahir, serakah, jahat dan sangat dzolim kepada rakyatnya. Karena ia terus menentang ajakan Nabi Musa untuk menyembah Allah swt, maka Allah musnahkan fir’aun dan bala tentaranya ke dalam laut merah.


Kutipan dari Tafsir Asy Sya’rawi

Jadi ayat-ayat di atas memaparkan tentang kemajuan peradaban pada masa dahulu. Sebagian dari peradaban tersebut masih dapat disaksikan. Suatu hal yang menarik, dari peradaban yang telah mereka capai, akal pikiran manusia saat ini masih tidak mampu untuk membuka tabir apa yang pernah mereka capai. Mereka masih bingung bagaimana piramida dapat dibangun? Bagaimana batu dapat naik sedemikian tinggi, dan meletakkannya dalam bentuk kerucut. Bagaimana pula mereka dapat me mummi mayat? Ini semua misteri bagi manusia modern. Bila hal ini telah terjadi ribuan tahun yang lalu, dapat dibayangkan bagaimana tingginya peradaban mereka yang sebenarnya, bila tidak terjadi guncangan besar yang diinginkan Allah itu. 

‘Ad adalah kaum yang tinggal di gua. Sampai sekarang bekas peninggalan mereka masih belum dapat dilihat. Ia diperkirakan berada di Selatan Semenanjung Arab, tepatnya: antara Aden dan Harda Maut. Sedangkan Tsamud di daerah Madain Shaleh dapat diketahui sebagian peradaban mereka. Ditemukan bagaimana mereka memahat gunung batu dan mengukir patung di sana. 

Begitu juga dengan bangunan Firaun dapat kita saksikan sampai sekarang. Jadi, yang tidak diketahui sampai sekarang ialah kisah ‘Ad, kecuali apa yang disampaikan Alquran. Boleh jadi ‘Ad merupakan kota yang di kelilingi gurun pasir, yang pada saat terjadi topan pasir tenggelamlah seluruh kota itu. Ditambah lagi dengan perjalanan waktu hingga tanda-tanda peradaban itu pun makin tertutup dan misteri. 


Ayat 14

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi"

مِرْصَادِ = tempat membidik, seolah-olah Allah swt sudah betul-betul siap untuk membalas perbuatan mereka yang menentang perintah-Nya.

Manusia senantiasa dalam pengawasan Allah swt, kapan pun dan dimana pun. Allah swt selalu melihat gerak yang kita lakukan, termasuk yang terdetik di dalam hati manusia. Semuanya akan diperhitungkan dan mendapat balasan, bisa saja balasannya didapatkan di dunia, dan bisa juga diterima di akhirat, bahkan bisa menerima balasan di dunia dan juga di akhirat.


Ayat 15 – 20

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ

"Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

"Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”

كَلَّا ۖ بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ

"Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim"

وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

"tidak saling mengajak memberi makan orang miskin"

, وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا

memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram)

. وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan

Makna الْإِنْسَانُ = manusia (terdiri dari ruh dan jasad) baik ia mukmin maupun kafir.

مَا ابْتَلَاهُ = ujian berat, ujian pada manusia ada 3 :

1. Imtihan : ujian ringan

2. Bala : ujian tingkat menengah

3. Ibtila ujian berat ~ jika lulus bsa mencapai derajat mulia

رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ = Allah itu terhormat tanpa harus ada yang memberikan hormat.

فَقَدَرَ = mencukupkan kadar, rejeki manusia itu diberikan sesuai takarannya

Di dalam ayat-ayat di atas ada dua anggapan manusia yang tidak benar. Pertama, orang yang mendapatkan banyak rejeki mengira bahwa itu merupakan tanda bahwa telah mendapat kemuliaan dari Allah swt. Kedua, orang yang mendapatkan sedikit harta mengira ia telah dihinakan oleh Allah swt.

Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah, karena Allah memberikan kekayaan dan kemiskinan itu keduanya merupakan sebuah ujian. Nilai kemuliaan di mata Allah swt itu bisa didapatkan jika kita lulus menghadapi ujian yang Allah berikan.

Saat Allah anugerahkan kekayaan lebih untuk kita, dan kita mampu mengelola kekayaan tersebut dengan benar, diperoleh dengan cara yang halal dan tidak mendzolimi orang lain, menyantuni anak yatim, membantu fakir miskin maka bisa dikatakan lulus ujian dan mendapat predikat mulia.

Begitu sebaliknya, saat Allah anugerahkan kita sedikit harta, kita mampu bersabar dan tidak berkeluh kesah serta tetap ikhtiar dengan cara yang ma’ruf, maka bisa disebut juga lolos dalam ujian dan mendapat kemuliaan di mata Allah swt.


Ayat 21-26

كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا

Jangan sekali-kali begitu! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris,

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُالْإِنْسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ

dan pada hari itu (neraka) Jahanam didatangkan, sadarlah manusia pada hari itu juga. Akan tetapi, bagaimana bisa kesadaran itu bermanfaat baginya?

يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

"Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”

. فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ

"Pada hari itu tidak ada seorang pun yang mampu mengazab (seadil) azab-Nya"

وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ

"Tidak ada seorang pun juga yang mampu mengikat (sekuat) ikatan-Nya."


Dalam ayat-ayat tersebut, Allah swt menggambarkan ancaman balasan yang sangat mengerikan. Bumi di goncang dan semua yang ada di atasnya baik itu gunung, bangunan, tanaman, hewan ternak bahkan manusia bisa hancur rata dengan tanah. Kemudian Allah menampakkan kuasa-Nya dengan memperlihatkan isi jahanam yang dapat membelalakkan mata dan merobek hati manusia. Barulah manusia menyesal dan tersadar bahwa apa yang Tuhan sampaikan saat di dunia itu adalah sebuah kebenaran bukan dongeng semata. Namun kin penyesalannya tiada guna, karena balasan amal keburukannya sudah terpampang nyata di depan mata.


Ayat 27 – 30

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

"Wahai jiwa yang tenang"

ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

"kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai"

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

"Lalu masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku"

وَادْخُلِي جَنَّتِي

"dan masuklah ke dalam surga-Ku!"

Orang-orang mukmin akan Allah swt panggil dengan mesra, lalu Allah akan mempersilahkan masuk ke dalam surga-Nya, dan Allah pun ridho kepada mereka.



Sumber Belajar 

1. Kajian Ustadz Muhammad Yahya

2. Kajian Ustadz Adi Hidayat

3. Tafsir Asy Sya’rawi

4. Inforebuplik.com