Suatu hari,
saya pulang ke rumah untuk berlibur karena usai Ujian Semester. Saya turun di Pasar
Giribelah , sebagaimana biasanya saya menunggu jemputan oleh suadara disana.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.45 bergegas aku mencari sebuah masjid untuk
menunaikan Shalat Asar yang ada di sekitar pasar tersebut sembari menuju
jemputan datang, saya pun segera berwudhu, waktu yang ada aku gunakan untuk
tilawah sebelum muadzin mengumandangkan adzan.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 15.00 tapi belum ada seorangpun yang datang ke masjid “oh
mungkin sebentar lagi” “batinku”. Kulanjutkan lantunan tilawah untuk
mengangungkan asmaNya. Setelah 15 menit berlalu akhirnya ku putuskan untuk
sholat Asar secara munfarid. Hingga sampai pada salam penutup, tak tampak
tanda-tanda datangnya seseorang ke masjid.
Hanphone pun
berdering ada pesan singkat masuk “ nduk saya sudah sampe di pasar” Bergegas
aku kembali ke tempat pemberhentian bus yang tadi. Sepanjang perjalanan di dalam
hatiku masih mengganjal, kondisi masjid yang ukurannya cukup besar tersebut
namun tak ada jama’ahnya bahkan muadzinpun juga tak jua mengumandangkan adzan.
Permasalahan
seperti itu sering terjadi dlingkungan sekitar kita, tidak hanya satu atau dua
masjid saja bahkan terjadi di banyak masjid yang notabene masjid-masjid yang
terletak di kota-kota besar. Yang menjadi pertanyaan kenapa hal itu bisa
terjadi? Dan bagaimana mengatasinya?
Sumber daya
manusia (SDM), masjid-masjid khususnya di daerah pedalaman masih sangat kekurangan
personil untuk menghidupkan dakwah di wilayahnya. Hal ini saya rasakan ketika
berada di rumah. Salah satu contoh paling sederhana: saat warga di sini
membutuhkan guru mengaji, ke mana lagi kami akan mencari pengajar? Jumlah
pengajar yang ada belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Masalah ini
coba disiasati dengan mendatangkan pengajar khusus untuk membina calon-calon
guru mengaji dari luar dusun, lagi-lagi, para pengajar tidak bisa melanjutkan
mengajarnya karena sudah mendapatkan amanah mengelola remaja masjid di daerahnya
masing-masing.
Solusinya
adalah menyiapkan para da’i/ah yang siap untuk terjun ke masyarakat pedalaman
untuk menyebarkan fikroh dakwah...
Ada yang siap? Let’s Go
Tidak ada komentar:
Posting Komentar