Pages

Kamis, 07 Oktober 2021

Tafsir Surat Al Faatihah Ayat 4


 مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

Malik berasal dari kata Mulk yang artinya kepemilikan, kekuasaan, kerajaan.

Malik artinya Raja, sedangkan Maalik artinya Pemilik.

Jika kata Maalik disematkan pada Allah SWT maka dapat di artikan bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Menguasai, Allah adalah Dzat Yang Maha Merajai, dan Allah adalah Dzat Yang Maha Memiliki segala sesuatu.

Ada pendapat mengatakan bahwa kata malik lebih luas dan lebih dalam maknanya daripada kata maalik, diibaratkan sebagai perintah raja harus dilaksanakan oleh pemilik sesuatu apabila pemilik tersebut berada di daerah kekuasaan sang raja, sehingga perbuatan seorang pemilik harus dibawah aturan sang raja.

Malik menunjukkan sifat dari Dzat Allah SWT sedangkan Maalik menunjukkan sifat dari perbuatan Allah SWT.

Al Maalik disandarkan pada kalimat yaumiddin karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-aku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan izin Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Naba Ayat 38 :

يَوْمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ صَفًّا ۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ وَقَالَ صَوَابًا


Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar.”


Raja yang hakiki ialah Allah

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ

Dia-lah Allah yang tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Maha Sejahtera....”(QS. Al Hasyr : 23)

Di dalam Al Qur’an surat Al Mu’min ayat 16 dijelaskan :

لِّمَنِ ٱلْمُلْكُ ٱلْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ


...kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan”

وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ


“...karena dihadapan mereka ada seorang raja...”

Dalam hadits di jelaskan tentang tidak adanya raja selain Dia, sebagaimana yang di sampaikan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :

“Julukan yang paling hina di sisi Allah adalah seorang yang menjuluki dirinya malikul amlaak (raja diraja), karena tidak ada raja yang sebenarnya kecuali Allah )”

Penyebutan raja bagi selain Allah hanya kiasan (majas) saja, sebagaimana Allah menyebut Thalut sebagai raja.

“...Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut sebagai rajamu...” (QS. Al-Baqarah : 27)


Dari sifat Al Maalik Allah SWT dapat kita pahami beberapa hal :

1. Segala sesuatu yang ada di muka bumi dan di langit beserta isinya adalah milik Allah SWT.

2. Allah Maha merajai, tidak ada seorangpun yang kuasanya melebihi kekuasaan Allah SWT.

3. Allah yang paling adil terhadap hukumNya, hakim yang sebenar-benarnya, Allah yg memberikan keputusan siapa yang masuk ke dalam surga dan siapa yg masuk ke dalam neraka.


Yaumiddin 

Kata ad-diin artinya pembalasan dan perhitungan.

Ibnu ‘Abbas berkata : Hari pembalasan adalah hari perhitungan bagi semua makhluk disebut juga hari Kiamat. Mereka diberi balasan sesuai amalnya. Jika amalnya baik, maka balasannya juga baik, jika amalnya buruk maka balasannya juga buku kecuali yang di ampuni.

Firman Allah QS. An-Nuur : 25

“...Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan sebagaimana mestinya...”

Dalam ayat lain juga di jelaskan 

“...Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?” (QS. Shaaffaat : 53)

Oleh sebab itu sebagai manuasia yang tidak luput dari salah dan dosa, hendaknya kita untuk bermuhasabah, meninggalkan kemaksiatan dan memperbanyak amal untuk bekal di akhirat kelak.

Umar RA berkata, “hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian di hisab, dan timbanglah diri amal kalian sebelum diri (amal) kalian ditimbang. Dan bersiaplah menghadapi hari besar, yakni hari diperlihatkannya amal seseorang, sementara semua amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya.


Maaliki yaumiddin dapat di artikan Allah SWT yang memiliki hari tersebut dan Allah berhak mengatur segalanya.

Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabb-mu) tidak ada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al Haaqqah : 18)

Tidak ada seorangpun yang memiliki kekuasaan pada hari itu selain Allah SWT, tidak ada seorang pun yang mampu menyembunyikan perbuatan buruk semasa hidup di dunia, semua amal akan di timbang dengan seadil-adilnya oleh Allah SWT. Setiap orang akan menerima haknya di akhirat atas segala kerugian yang menimpanya di dunia, begitu juga setiap orang akan menerima hukumannya di akhirat atas perbuatannya di dunia yang merugikan sesama.



Sumber :

1. Buku Tafsir Ibnu Katsir

2. Kajian Ustadz Muhammad Hanafi via youtube

3. Kajian Ustadz Firanda Andirja via youtube

4. Tafsirweb.com 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar