إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”
Secara bahasa ibadah bermakna kerendahan.
Secara istilah ibadah diibaratkan bagai rangkaian cinta, ketundukan dan rasa takut yang sempurna.
Faedah didahulukannya maf’ul (obyek) dan pengulangannya. Pada kata iyyaaka dan setelah itu di ulangi lagi, bertujuan untuk mendapatkan perhatian dan juga sebagai pembatasan. Artinya, “Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu.” Ini merupakan puncak ketaatan.
Sebagian Salaf mengatakan bahwa surat al-Faatihah merupakan rahasia al-Quran yang terletak pada ayat “iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.”
Penggalan pertama “hanya kepada-Mu kami beribadah” merupakan pernyataan berlepas diri dari kemusyrikan. Penggalan kedua “hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan, serta berserah diri kepada Allah SWT.
Dalam surat Huud ayat 123 di jelaskan juga :
فَٱعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Maka ibadahilah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Huud : 123)
Dalam surat Al Mulk ayat 29 :
قُلْ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا
“katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Pemurah, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal....” (QS. Al Mulk: 29)
Dalam surat al-Faatihan ayat 5 ini, terjadi berubahan bentuk dari orang ketiga menjadi orang kedua/lawan bicara yakni dengan huruf kaf, karena ketika seseorang memuji Allah SWT, maka seolah-olah ia dekat dan hadir di hadapan Allah SWT.
Al-Faatihah merupakan petunjuk agar kita memuji Allah SWT, maka wajib di baca saat shalat.
Dari Ubaidah bin ash-Shamit RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab.”
Dalam Shahiih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : “Allah Ta’alaq berfirman: ‘Aku telah membagi shalat (bacaan al-Faatihah) menjadi dua bagian antara diriku dengan hamba-ku. Satu bagian untuk diri-Ku dan satu bagian untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’ Jika ia mengucapkan Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin, maka Allah SWT berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Jika ia mengucapkan ar-Rahmaanir Rahiim, maka Allah SWT berfirman: ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.’ Jika ia mengucapkan Maaliki yaumid diin, maka Allah SWT berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuliakan-Ku.’ Dan pernah Abu Hurairah RA mengatakan: “(Allah berfirman:) ‘Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku.’ Jika iya mengucapkan Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin, maka Allah berfirman: ‘Ini adalah bagian dari-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.’ Dan jika ia mengucapkan ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaaliim, maka Allah berfirman: ‘ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
‘Hanya kepada-Mu kami beribadah’ berkaitan dengan Tauhid Uluhiyyah, yakni hanya Engkau semata yang kami esakan, kami takuti dan kami harapkan wahai Rabb kami, bukan selain-Mu.
‘Hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan’ berkaitan dengan Tauhid Rububiyyah, yakni meminta pertolongan kepada-Nya dalam segala urusan.
‘Hanya kepada-Mu kami beribadah’ didahulukan dari Hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan’ karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan. Dan meminta pertolongan merupakan wasilah (sarana) untuk mendapatkannya. Dan perkara yang di dahulukan adalah perkara yang penting.
UST. FIRANDA
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
Merupakan pengakuan seorang hamba kepada Allah SWT.
Iyyaaka sebagai obyek kalimat di letakkan di depan. Asalnya adalah na’buduka yang artinya kami menyembah-Mu. Maka didahulukannya obyek kalimat yang seharusnya ada di belakang menunjukkan adanya pembatasan dan pengkhususan. Artinya ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT. Tidak boleh ibadah ditujukan selain kepada-Nya. Sehingga makna dari ayat ini adalah, ‘Kami hanya menyembah-Mu dan kami tidak menyembah selain-Mu. Kami hanya meminta tolong kepada-Mu dan kami tidak meminta tolong kepada selain-Mu.
Kenapa kata iyyaka di ulang dua kali?
Karena menyembah dan memohon pertolongan dari Allah membutuhkan keikhlasan.
Kenapa na’budu baru nasta’iin?
1. Dengan memohon kepada Allah maka kita akan diberikan pertolongan
2. Ibadah merupakan tujuan, dan pertolongan adalah wasilah. Kita meminta tolong untuk beribadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar