Pages

Selasa, 08 Oktober 2013

Untukmu Sahabat Seperjuanganku




Sahabatku... 
Terima kasih sudah membersamai perjalananku sampai saat ini
Hadirmu dalam kehidupanku sangatlah berarti
Aku dapat belajar memaknai hidup dari sosok dirimu yang begitu lembut
Engkau telah banyak memberikan inspirasi bagi jiwaku

Sahabat...
Iringilah perjuanganmu dengan  do`a dan tawakkal kepada-Nya
Bersungguh-sungguhlah dan jadilah manusia yang berkontribusi terhadap dakwah
Ketahuilah... bahwa perjalanan kita ini masih sangat panjang
 

 Sahabatku...
 La Tansa bizikrillah wa la taiasu min rahmatillah!
 Jangan sesekali kamu lupa dengan Allah
 Nescaya Allah akan lupa kamu sebagaimana
 Kamu lupa pada-Nya.
 Jadikanlah Allah sebagai tempat pergantungan
 Sepanjang hidup kamu
 Berpegang teguhlah dengan “tali Allah”

 Sahabatku...
 Inginku mengingatkan bahawa
 Perjuangan kita masih belum berakhir sebaik sahaja
 Titisan qalammu menoktahi di atas kertas imtihanmu yang terakhir
 Malah ia adalah titik perjuanganmu yang baru
 Dalam arena Dakwah dan tarbiyah serta jihadmu....

Sabtu, 05 Oktober 2013

Oh Muslimah...


Muslimah sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tetapi dari kasih sayangnya kepada orang yang di sekitarnya. Pantang baginya mengumbar aurat dan memamerkannya pada siapapun kecuali pada pasangan hidupnya. Dia yang senantiasa menguatkan iltizam (komitmen) dan azamnya (tekad) dalam berghadul bashar (menundukkan pandangan) serta menjaga kemuliaan diri, keluarga dan agamanya..
Muslimah sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan mempesona tetapi dari lembut dan tegasnya, tutur dalam mengatakan kebenaran. Dia yang senantiasa menjaga lisan dan segala bentuk ghibah dan namimah (mengadu domba). Pantang baginya membuka aib saudaranya, dia sangat memahami dan merasakan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala tindak tanduknya.

Muslimah sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala berjalan tetapi dari sikap bijaknya dalam memahami keadaan dan bersoalan hidup, dia yang senantiasa tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun dimana dirinya berada. Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.
Muslimah sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memujinya dan menaruh hati padanya. Tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah dan Rasulullah. Pantang baginya mengikuti arus mode yang melenakan dan menyilaukan mata. Dia yang selalau menghindari sesuatu yang syubhat (meragukan) terlebih hal-hal yang diharamkan oleh Allah .

Muslimah sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya air mata yang menitik, tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan. Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk selalu berbuat ikhsan (baik) di tempat umum maupun kala sendiri.

Muslimah sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar dan luasnya wawasan, tetapi tingginya ghiroh (semangat)untuk menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan.

Inilah seorang muslimah yang afifah (menahan  diri) dari hal-hal yang diharamkan Allah meski jiwanua menginginkannya.

Kisah Sahabatku


Ketika & Karena

Ketika aku lapar dan ingin membeli makanan....
Kan di asramaku sudah disediakan makan....
Ketika aku haus dan ingin membeli es....
Kan di asrama sudah disediakan air galon....
Ketika aku ada tugas dan ingin membeli buku....
Kan aku bisa pinjem buku ke teman sekelasku....
Ketika aku bepergian dan ingin naik bus....
Kan ada sepeda yang bisa dibawa ke tempat tujuan....
Ketika aku menginginkan jilbab baru...
Kan jilbab yang lama masih bisa di pakai....
Ketika aku ingin dan ketika aku ingin.....
Ah... itu kan hanya sebatas keinginanku saja....
Masih banyak yang aku butuhkan...
Daripada yang aku inginkan...

Rabu, 22 Mei 2013

Menikah Untuk Ibadah





Hakikat Menikah
Menikah : peristiwa fitrah, fiqiyah, dakwah, tarbiyah, sosial dan budaya, ada kepentingan syari’ah, fitrah, dakwah, tarbiyah, jama’ah maka bukan mempertentangkan kepentingan tersebut.
 
  Persiapan Menikah (Iman, Taqwa, Ridho, Ilmu)
1.    Persiapan Moral dan Spiritual (Kematangan visi keislaman)
Wanita baik untuk laki-laki baik, wanita keji untuk laki-laki keji.
2.    Persiapan Konsepsional

Senin, 13 Mei 2013

Masih Butuh Banyak Sentuhan


Suatu hari, saya pulang ke rumah untuk berlibur karena usai Ujian Semester. Saya turun di Pasar Giribelah , sebagaimana biasanya saya menunggu jemputan oleh suadara disana. Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.45 bergegas aku mencari sebuah masjid untuk menunaikan Shalat Asar yang ada di sekitar pasar tersebut sembari menuju jemputan datang, saya pun segera berwudhu, waktu yang ada aku gunakan untuk tilawah sebelum muadzin mengumandangkan adzan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 tapi belum ada seorangpun yang datang ke masjid “oh mungkin sebentar lagi” “batinku”. Kulanjutkan lantunan tilawah untuk mengangungkan asmaNya. Setelah 15 menit berlalu akhirnya ku putuskan untuk sholat Asar secara munfarid. Hingga sampai pada salam penutup, tak tampak tanda-tanda datangnya seseorang ke masjid.
Hanphone pun berdering ada pesan singkat masuk “ nduk saya sudah sampe di pasar” Bergegas aku kembali ke tempat pemberhentian bus yang tadi. Sepanjang perjalanan di dalam hatiku masih mengganjal, kondisi masjid yang ukurannya cukup besar tersebut namun tak ada jama’ahnya bahkan muadzinpun juga tak jua mengumandangkan adzan.
Permasalahan seperti itu sering terjadi dlingkungan sekitar kita, tidak hanya satu atau dua masjid saja bahkan terjadi di banyak masjid yang notabene masjid-masjid yang terletak di kota-kota besar. Yang menjadi pertanyaan kenapa hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana mengatasinya?
Sumber daya manusia (SDM), masjid-masjid khususnya di daerah pedalaman masih sangat kekurangan personil untuk menghidupkan dakwah di wilayahnya. Hal ini saya rasakan ketika berada di rumah. Salah satu contoh paling sederhana: saat warga di sini membutuhkan guru mengaji, ke mana lagi kami akan mencari pengajar? Jumlah pengajar yang ada belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Masalah ini coba disiasati dengan mendatangkan pengajar khusus untuk membina calon-calon guru mengaji dari luar dusun, lagi-lagi, para pengajar tidak bisa melanjutkan mengajarnya karena sudah mendapatkan amanah mengelola remaja masjid di daerahnya masing-masing.
Solusinya adalah menyiapkan para da’i/ah yang siap untuk terjun ke masyarakat pedalaman untuk menyebarkan fikroh dakwah...
Ada yang siap? Let’s Go