Genap 3 bulan kita tinggal di kota sapi ini, π±π± kota sapi ? Ini pendapat saya lho ya jangan diprotes. Kenapa saya menyebutnya kota sapi ππ ? karena banyak kawanan sapi yang berkeliaran ke mana-mana layaknya ayam, biasa bergerombol di lapangan,
di halaman rumah warga, berkeliaran di kebon-kebon, di pinggir jalan raya, bahkan ada yang dengan sangat percaya diri melakukan "syuro" di tengah jalan raya, mau tidak mau para pengendara harus sedikit mengalah, menunggu sampai semua sapi-sapi minggir dari jalan.
di halaman rumah warga, berkeliaran di kebon-kebon, di pinggir jalan raya, bahkan ada yang dengan sangat percaya diri melakukan "syuro" di tengah jalan raya, mau tidak mau para pengendara harus sedikit mengalah, menunggu sampai semua sapi-sapi minggir dari jalan.
Ini bukan sapi liar lho ya, ini sapi bertuan, cuman memang tidak di fasilitasi rumah khusus ,orang jawa menyebutnya Kandang Sapi.
Kenapa ada begitu banyak sapi di kabupaten ini? Karna pemerintah daerah mempunyai program bahwa setiap jiwa diharapkan memiliki satu piaran sapi atau " One Man One Cow", keren sekali visinya.
Dengan membiarkan sapi berjalan kemana-kemana, pemilik tidak perlu lagi mencarikan makanan dan memberinya minuman, tidak perlu memandikan (sudah mandi air hujan), cukup menghafal bahwa ini sapi yang ia miliki.
Banyak hal baru yang kita temui di sini, dari bahasa, adat kebiasaan, karakter, budaya dan lain sebagainya. Sebagai pendatang, banyak sekali PR yang harus kita kerjakan agar sesegera mungkin dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Khususnya dari segi bahasa, saya masih sering salah mengartikan apa yang di ucapkan orang lain. misalnya :
Sebentar malam main ke rumah ya ! = Nanti malam maen ke rumah ya !
Bunuh lampunya sudah siang !! = Matikan lampunya sudah siang !
Boleh lewat sini. = Bisa lewat sini.
Ini baru bahasa sehari-hari belum lagi belajar bahasa Buol asli, sulit melafalkanya, sesesulit mengejawantahkan cintaku padamu eeeaaa ππ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar