Pages

Minggu, 31 Januari 2016

Cinta itu tentang Menerima dan Mensyukuri




Yang dulu engkau sangka cinta, boleh jadi hasrat besar semata. Ketika pernikahan sudah dimakan usia, eloknya rupa sudah banyak terkikis masa, terlebih saat sakit mulai menghampiri, di situlah ketulusan cinta sangat terasa kehadirannya; ada atau tiada.

Cinta bukanlah tentang kelebihannya dibandingkan dengan orang lain. Jika engkau membanding-bandingkan, sebaik apa pun dia, selalu ada kurangnya. Tetapi cinta adalah tentang menerima dan mensyukuri (bukan sekedar menerima apa adanya) adanya dia dalam hidup kita untuk kemudian bersama meniti jalan kebaikan, melakukan amal shalih bersama dan saling mengingatkan. Kita mengingatkan bukan karena tidak menerima dia apa adanya, tetapi karena ingin merawat kebersamaan itu agar tak berhenti hanya sampai di penghujung usia kita, melainkan berlanjut bersambung hingga Yaumil Qiyamah. Semoga kita termasuk yang memperoleh karunia berupa seruan untuk masuk surga bersama-sama untuk digembirakan.


Muhammad Fauzil Adhim

Rabu, 27 Januari 2016

Ukhuwah Islamiyah

Hadits Arbain ke 13
Ukhuwah Islamiyah


عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَن النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: (لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) رواه البخاري ومسلم


Abu Hamzah, Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seorang di antara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

URGENSI HADITS

Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Muhammad Abdullah Ibnu Abi Zaid [seorang ulama besar madzab Maliki di Maroko] berkata, “Siklus kebaikan terletak pada empat hadits. Yaitu
1. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah kebaikan atau diam.”
2. “Di antara tanda sempurnanya iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak mendatangkan manfaat.”
3. “Jangan marah.”
4. “Tidak beriman seorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”
Inilah yang barangkali yang mendorong Imam Nawawi memuat keempat hadits tersebut dalam kitab al-Arba’ain “Empat puluh hadits”.
Al-Jurdani, dalam syarahnya terdapat al-Arbain, mengatakan bahwa hadits ini satu dari dasar-dasar Islam.


KANDUNGAN HADITS
1. Persatuan dan kasih sayang.
Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang. Setiap individu berusaha mendahulukan maslahat umum dan kedamaian masyarakat, sehingga tercipta keadilan dan kedamaian. Semua itu tidak akan terealisasi kecuali jika setiap individu yang ada dalam masyarakat menghendaki kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain seperti ia menghendakinya untuk dirinya sendiri. Karena itulah, Rasulullah saw. mengkaitkan persatuan dengan iman. Bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan.

2. Iman yang sempurna.
Iman akan terealisasi dengan pembenaran dan pengakuan yang mendalam terhadap rububiyah (bahwa Allah adalah pemelihara, pengatur, penjaga dan sebagainya) dan meyakini rukun iman yang lain, iman kepada para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, hari akhir, qadla dan qadar.
Dalam hadits ini disebutkan bahwa keimanan tidak dianggap kokoh dan mengakar dalam hati seorang muslim, kecuali ia menjadi manusia yang baik. Manusia yang jauh dari egoisme dan rasa dendam, kebencian dan kedengkian. Ia menghendaki kebaikan dan kebaikan terhadap orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan dan kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri. Lebih rincinya kesempurnaan iman itu akan terealisasi melalui hal-hal berikut:

a. Mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci keburukan untuk saudaranya sebagaimana ia membenci untuk dirinya sendiri. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah saw. perihal iman yang paling afdhal, Rasulullah saw. bersabda: “Agar seseorang mencintai sesuatu [kebaikan] untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci suatu [keburukan] untuk mereka, sebagaimana ia membenci sesuatu [keburukan] untuk dirinya sendiri.” (HR Ahmad)
b. Bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai
c. Segera maafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin segera dipenuhi haknya.

Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin agar dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati dalam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir, dan mendatangi orang yang suka mendatangi.”
3. Nilai lebih seorang muslim.
Di antara bentuk kesempurnaan iman adalah berharap agar kebaikan juga dimiliki orang lain, yang muslim dan yang non muslim. Artinya berharap dan berusaha agar orang-orang kafir itu dapat merasakan nikmatnya iman.
Rasulullah saw. bersabda: “Cintailah sesuatu [kebaikan] untuk orang lain, sebagaimana kamu mencintainya untuk dirimu, niscaya kamu menjadi muslim [yang baik].” (HR Tirmidzi)

4. Berlomba untuk mendapatkan kebaikan.
Berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan merupakan kesempurnaan iman. Karenanya, seseorang yang ingin memiliki keimanan dan ketakwaan seperti yang dimiliki orang yang lebih shalih, bukanlah suatu aib atau hasad “iri hati”. Bahkan sikap seperti ini merupakan refleksi kesempurnaan iman perbuatan yang disyariatkan Allah swt. dalam firman-Nya: “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (al-Muthaffifiin: 26)

5. Keimanan menciptakan masyarakat yang bersih dan berwibawa.
Hadits ini merupakan dorongan bagi setiap muslim agar senantiasa berusaha membantu orang lain untuk melakukan kebaikan. Karena hal ini merupakan bukti dan tanda kebenaran imannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang bersih dan berwibawa. Bagaimanapun ketika seseorang menciptakan suatu kebaikan untuk orang lain, tentu ia akan berlaku baik kepadanya. Dengan demikian akan timbul rasa kasih sayang di antara anggota masyarakat, kebaikan akan tersebar luas, kejahatan dan kedhaliman akan tersisih, dan terciptalah keharmonisan dalam setiap lini kehidupan. Mereka seolah satu hati, kebahagiaan saudaranya adalah kebahagiaanya, kesedihan saudaranya adalah kesedihannya.
Masyarakat seperti inilah yang seharusnya terbentuk dalam komunitas muslim, sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah saw. dalam haditsnya: “Orang-orang mukmin, dalam kasih sayangnya, seumpama satu tubuh. Jika satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh yang lain merasakan demam dan kurang tidur.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika ini yang terjadi, maka Allah akan memberikan kepada mereka kewibawaan, kemuliaan, dan kekuasaan di dunia. Sedangkan di akhirat, ia akan mendapatkan pahala.

6. Masyarakat yang jauh dari keimanan, adalah masyarakat yang egois dan penuh kebencian.
Jika keimanan tidak ada, kasih sayang pun hilang. Sebagai gantinya, kedengkian, penipuan, dan egoisme mendominasi dalam masyarakat. Dalam kondisi ini, manusia menjelma menjadi srigala-srigala yang haus darah, kehidupan kacau dan kedhaliman merajalela. Allah swt. memberikan gambaran: “Mereka itu mati dan tidak hidup. Mereka tidak tahu kapan mereka dibangkitkan.”

7. Hadits ini mendorong kita untuk bersatu dan hidup teratur

8. Hendaklah kita menjauhi hasad, karena hasad dapat mengurangi kesempurnaan iman. Orang yang memiliki sifat hasad, tidak akan mau orang lain melebihinya , atau bahkan berangan-angan agar nikmat yang ada pada orang lain itu sirna.

9. Iman senantiasa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Sumber : Buku Al Wafi




Selasa, 26 Januari 2016

Fenomena Ulang Tahun


Sore itu Haana tergopoh-gopoh (red : terburu-buru) beranjak dari rumah dan langsung pergi entah ke rumah siapa. Anak satu ini memang senang betul kalau bermain sama temen- temen di sekitat rumahnya, sampe-sampe hampir lupa dengan waktu sholatnya. Tapi kali ini berbeda  dengan biasanya, baru main sekitar 30 menit terus pulang ke rumah bawa kotak besar. Saya pikir ia membawa hamster milik kawannya, eh ternyata kotak kue dan seperankat bahan-bahan untuk membuatnya.

Dia bilang bahwa kue itu akan diberikan kepada salah satu guru disekolahnya yang sedang ulang tahun. Ia mendapatkan uang untuk belanja tersebut dari iuran temen sekolahnya. Selanjutnya dibuatlah kue itu rame-rame bersama rekan-rekannya, yang nantinya akan dipersembahkan sebagai kado bagi sang guru yang sedang berulang tahun.
Ealah nduk..nduk koq ya repot-repot kayak gitu segala. Hmmtz...

Sebenarnya boleh ga tu, dalam Islam merayakan ulang tahun ( lebih tepatnya hari lahir) ataupun sekedar memberi hadiah dalam rangka hari lahir? 

Yuk baca selengkapnya !

Ulang tahun termasuk di antara hari-hari raya jahiliah dan tidak pernah dikenal pada zaman Rasul.  Dan tatkala penentuan hari raya adalah tauqifiah (terbatas pada dalil yang ada), maka menentukan suatu hari sebagai hari raya tanpa dalil adalah perbuatan bid’ah dalam agama dan berkata atas nama Allah tanpa ilmu.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu:
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ, وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya terutus kepada kalian sedang kalian (dulunya) mempunyai dua hari raya yang kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyah, dan sungguh Allah telah mengganti keduanya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, (yaitu) hari Nahr (idul Adh-ha) dan hari Fithr (idul Fithri)”. (HR. An-Nasa`i (3/179/5918) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4460)

Maka hadits ini menegaskan bahwa hari raya tahunan yang diakui dalam Islam hanyalah hari raya idul fithri dan idul adh-ha.

Kemudian, perayaan ulang tahun ini merupakan hari raya yang dimunculkan oleh orang-orang kafir. Sementara Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda dalam hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata, “Hukum minimal yang terkandung dalam hadits ini adalah haramnya tasyabbuh kepada mereka (orang-orang kafir), walaupun zhahir hadits menunjukkan kafirnya orang yang tasyabbuh kepada mereka”. Lihat Al-Iqtidha` hal. 83

Dan pada hal. 84, beliau berkata, “Dengan hadits inilah, kebanyakan ulama berdalil akan dibencinya semua perkara yang merupakan ciri khas orang-orang non muslim”.

Kemudian terkait memberi hadiah, tidak harus kan pada saat ulang tahun, hari-hari lain juga bagus buat memberi hadiah kepada kawan.

Haana di Borobudur





Minggu, 24 Januari 2016

Terus Kenali dan Fahami dia


Senyatanya, pernikahan adalah proses mengenali dan memahami secara terus-menerus antara suami dan isteri, dan juga anak-anak.
Dalam setiap pertambahan usia biologis suami dan isteri, serta pertambahan usia pernikahan, proses mengenali itu harus terus menerus terjadi. Semua dari kita tumbuh dan berkembang, maka corak interaksi dan komunikasi juga mengalami perkembangan.

Kehidupan rumah tangga itu sering sekali menghadapi persoalan yang berulang, disamping adanya persoalan baru yang ditemukan di sepanjang perjalanan hidup. Keluarga kita berpindah dari satu masalah ke masalah lainnya, kadang bertemu masalah yang sama dan berulang-ulang.
Maka jangan bosan untuk saling belajar mengenal dan memahami, terus menerus. Karena semua manusia tumbuh dan berkembang setiap saat.

Jika pengenalan kita kepada pasangan berhenti, akan menyebabkan kita tidak lagi bisa mengenalinya. Suami merasa telah mengenali isteri, padahal itu hanya satu fase dalam perkembangan kehidupannya.
Senyatanya sang isteri tumbuh dan berkembang setiap hari, suami bisa kehilangan pengetahuan tentang hal-hal baru yang terjadi dalam dunia sang isteri, jika ia berhenti mengenali. Mengenali pasangan itu proses setiap hari, tidak boleh berhanti.

Teruslah saling mengerti, saling memahami, saling mengisi, saling menasihati, saling memaafkan, saling mengikhlaskan, saling menguatkan, saling bergandengan tangan menghadapi seluruh kondisi dan situasi kehidupan yang “tak pernah rata”.
Kehidupan keluarga itu sebagiannya merupakan misteri, karena adanya pertumbuhan dan perkembangan suami, isteri dan anak-anak yang tidak bisa dipastikan kondisinya.
Yang penting jangan berhenti mengenali pasangan anda, karena hari ini diri anda dan pasangan anda adalah dua orang baru yang berbeda dari hari kemarin. Anda dan pasangan anda adalah dua orang baru yang berbeda dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, lima tahun lalu, atau sepuluh tahun lalu.

Banyak perubahan, banyak perkembangan, banyak hal-hal baru anda miliki secara alami.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Ku Raih RidhoMu dengan IKHLAS




Memberi tanpa pamrih itulah ikhlas. Hal  ini sudah diajarkan kepada kita sejak duduk di Sekolah Dasar (SD) di mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tapi sekarang namanya sudah berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau di singkat PPKn.
Tentunya kita ingin sekali ketika berbuat sesuatu dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun dari orang lain, lebih-lebih dalam menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai makhluk Allah Subhanalah wa ta'ala, karna syarat diterimanya amal ibadah itu yang dikerjakan dengan ikhlas, sebagaimana firman Allah  Subhanalah wa ta'ala dalam Qur'an Surat Al Baqarah Ayat 139 :

قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ (١٣٩)
Katakanlah: “Apakah kamu memperdebatkan dengan Kami tentang Allah, Padahal Dia adalah Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati.

Eiiitss, jangan salah ! mengangap ikhlas itu mudah, tapi bukan berarti ikhlas tidak dapat kita terapakan, lha terus bagaimana? Ok...ok... mari kita belajar bersama tentang ilmu IKHLAS

Yuk simak baik-baik ya !

Minggu, 03 Januari 2016

Mendidik Anak Wanita



1. Berbahagialah orangtua yg dikaruniakan anak wanita sebab Rasulullah telah menjamin baginya surga jika sabar dan sukses mendidiknya.

2. Barangsiapa yg diuji dengan memiliki anak wanita, lalu ia asuh mereka dengan baik, maka anak itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka (HR.Bukhari).

3. Sebagian orangtua menganggap remeh mendidik anak wanita, bahkan lebih mengunggulkan anak laki. Padahal wanita adalah tiang peradaban dunia.

4. Itulah kenapa, jika gagal mendidik anak wanita berarti kita telah memutus kebaikan untuk generasi masa depan.

5. Gagal mendidik anak wanita berarti kelak kita akan kekurangan ‪#‎ibubaik‬ di masa depan. Dan ujung-ujungnya rusaklah masyarakat.

6. Ajarilah anak wanita kita akan keutamaan menjaga kesucian diri bukan sekedar menjaga keperawanan. Suci dan perawan itu beda !

7. Perawan terkait dengan faktor fisik, Sementara suci terkait dgn faktor akhlak dan sikap.

8. Banyak wanita yang bisa jadi masih perawan tapi tidak suci. Ia membiarkan badannya disentuh, bibirnya dikecup lelaki lain, asal tidak bersetubuh.

9. Quran memberikan gelar wanita terbaik kepada Maryam tersebab ia selalu menjaga kesucian dirinya dalam kata, sikap dan tingkah laku.

10. Maryam tak sembarang gaul dengan lelaki asing. Maka, saat ia dinyatakan hamil, ia tetap suci di mata Allah.

11. Demikian pula dengan Bunda Khadijah, istri Rasulullah yg tidak lagi perawan tapi digelari 'Ath Thohirah' atau wanita suci.

12. Dari rahim wanita suci kelak muncul generasi berkualitas. Nabi Isa adalah bukti keberkahan dari wanita yg menjaga kesuciannya.

13. Maka, tugas utama ortua yang memiliki anak wanita adalah mengingatkan pentingnya kesucian bukan sekedar keperawanan.

14. Ajarkan anak wanita utk bersikap sepatutnya terhadap lelaki asing atau yg bukan mahram. Ramah boleh tapi tetap jaga kemuliaan diri.

15. Saat anak wanita belum baligh atau masih anak2, ajarkan ia utk membedakan
3 jenis sentuhan : pantas, meragukan dan haram.

16. Sentuhan pantas itu muaranya kasih sayang. Ini dilakukan oleh orang lain kepada anak wanita yg belum baligh di bagian sekitar kepala dan pundak.

17. Sentuhan yg meragukan. Yakni antara kasing sayang versus nafsu. Biasanya berpindah-pindah tempat. Dari kepala turun ke bahu trus ke pinggang.

18. Jika sudah melewati batas bahu, yakni ke pinggang, atau ke perut, ajarkan anak utk menolak dgn kalimat "Aku gak suka ah".

19.Terakhir, sentuhan haram yakni di wilayah sekitar kemaluan dan buah dada. Ajarkan anak kemampuan utk menolak dan menghindar.

20. Dengan mengajari anak wanita kita tentang sentuhan, mengajarkan juga kepada mereka tentang berharganya tubuh mereka. Tidak sembarangan disentuh.

21. Selain itu, ajarkan juga kepada anak wanita kita tentang siapa itu saudara, sahabat, kenalan dan orang asing. Sikapi dgn beda.

22. Buat anak wanita tidak membutuhkan sosok lelaki lain yg jadi 'pahlawan' nya selain ayah, kakek dan kakak kandungnya

23. Saat mereka tumbuh remaja, tak jual murah dirinya demi dicintai lelaki lain. Sebab sudah ada sosok lelaki idola dalam hidupnya, khususnya ayahnya

24. Sebagian besar remaja wanita yg memutuskan untuk pacaran, karena tak punya lelaki idola di rumahnya sebagai tempat berbagi

25. Dengan ayah dan kakak kandung tidak akrab. Sehingga ia membutuhkan figur lelaki lain. Akhirnya, perlahan kesuciannya pudar. Jadilah mereka anak cabe-cabean

26. Itulah kenapa AYAH perlu hadir dalam jiwa anak wanita sedari dini. Harus ada ikatan batin di antara mrk agar anak wanita tak cari idola lain

27. Ayah harus sering berkomunikasi dengan anak wanita nya saat dalam kandungan. Saat lahir, anak mengenali suara ayahnya pertama kali yg didengar.

28. Saat lahir, jadikan wajah AYAH lebih banyak discan dalam memori anak. Hadirkan ekspresi saat menggendong anak

29. Ikatan batin antara ayah dan anak wanita ini memberi pengaruh saat anak tumbuh dewasa dan mengalami persoalan hidup

30. Saat anak wanita mulai jatuh cinta, ia akan jadikan AYAH sebagai mentor cintanya. Tak ingin ditipu lelaki buaya. Nasehat ayah jadi panduan

31. Saat anak wanita siap menikah, ia mencari sosok lelaki yg seperti ayahnya. Atau setidaknya pilihan ayahnya

32. Bahkan saat anak wanita menjalani gonjang ganjing pernikahan. Ia tak butuh lelaki lain sebagai tempat curhat. Ayahnya lah yg jadi labuhan

33. Peran ayah dalam menjaga kesucian anak wanita amatlah vital. Rusaknya moral anak wanita saat ini salah satunya karena ketidakterlibatan ayah dalam mengasuh

34. Karena itu, ajaklah para ayah agar terlibat dalam pengasuhan. Tak cuma sekedar cari nafkah. Tapi peduli akan anaknya khususnya yg wanita

35. Semoga anak wanita di negeri ini selalu jaga kesuciannya sehingga lahir generasi yg diberkahi. Sekian. Mohon maaf jika tak berkenan.

By : Abi Helmi Balafif