Pages

Senin, 27 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL HUMAZAH



AYAT 1

Celaka dan siksa yang pedih bagi orang yang suka menggunjing dan mencela orang lain."

Makna wailul ada dua pendapat :

  • Nama suatu lembah di neraka yang kedalamannya bisa ditempuh selama 40 tahun, isi lembah tersebut lelehan nanah penghuni neraka.
  • Doa keburukan : Al khizyu (kehinaan), Al ‘Alaq (kebinasaan), Al Azab (siksaan)

Surat di dalam Al Quran yang di buka dengan kata wail terdapat pada surat Al Humazah dan surat Al Muthaffifin. Secara garis besar surat Al Humazah mengisahkan tentang orang-orang yang suka mengumpat sedangkan Al Muthaffifin mengisahkan orang-orang yang curang dalam berniaga.

Perbedaan makna humazah & Lumazah :

  • Humazah artinya mencela dengan lisan, mencela di hadapan seseorang secara langsung, termasuk berkata-kata kotor, mengumpat dengan nama binatang dan sejenisnya.
  • Lumazah artinya mencela dengan mimik/gestur seperti menggunakan mata, bibir dan anggota tubuh lainnya, mencela di belakang seseorang.

Yang perlu kita garis bawahi di sini adalah bahwa perbuatan mencela itu secara tegas di larang oleh Allah, apapun bentuknya jangan pernah kita lalukan.

Motif mencela :

  1. Sungguh-sungguh mencela : mencela yang bersumber dari rasa benci, iri dan dengki terhadap seseorang. Misalnya, saling menjelekkan dan menjantuhkan satu sama lain ketika hendak mencalonkan diri menjadi kepala desa, saat bersaing dalam hal berniaga.
  2. Bermaksud bercanda. Misalnya memincang-mincangkan kaki agar mirip seperti orang yang pincang betulan dengan maksud membuat orang lain tertawa. 

Yang perlu kita perhatikan saat hendak bercanda dengan orang lain jangan sampai ada kebohongan saat bercandaan tersebut. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits riwayat Tabrani, “Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda ‘Aku juga bercanda, namun aku tetap berkata yang benar’ (HR. Tabrani)”

Pernah suatu hari, Rasulullah di datangi oleh seorang nenek tua, lalu meminta kepada Nabi agar mendoakannya masuk surga, lantas Nabi menjawab ‘Di surga tidak ada wanita tua’. Pulanglah nenek dengan menangis tersedu-sedu. Kemudian Nabi memanggil sang nenek dan berkata, sesungguhnya di surga tidak ada orang yang tua, tapi ia akan kembali muda. Sang nenek akhirnya tersenyum dengan gembira.

Kisah kedua, Pada suatu waktu ada seseorang yang bertanya kepada Abu Hanifah, “Wahai Iman Hanifah, kemanakah aku harus menghadapkan badanku saat mandi? Apakah menghadap kiblat ataukah membelakanginya? Abu Hanifah menjawab ‘ mandilah menghadap ke pakaianmu agar tidak dicuri orang”.

Rasulullah juga telah menegaskan tentang larangan bercanda dengan kebohongan sebagaimana yang tertuang dalam hadits riwayat Abu Daud & Tirmidzi, “Celakalah yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia. Celakalah dia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

Allah sudah mewanti-wanti untuk terus berupaya menjaga lisan, agar tidak menggelincirkan kita ke dalam api neraka. Itulah benar kata pepatah bahwa ‘Lidah tidak bertulang’ betapa ucapan yang kita lontarkan dari mulut itu amat cepat yang kadang-kadang tanpa kita pikirkan akibat dari kata-kata itu. Namun Allah juga menjanjikan pahala surga bagi orang-orang yang mampu menjaga lisan, sebagaimana di sampaikan dalam sebuah hadits riwayat Bukhori, “Dari Sahal bin Saad RW, sesungguhnya Nabi SAW bersabda :

Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)

Pengingat bagi kita semua, untuk terus menjaga lisan terutama agar tidak mencela, terlebih lagi mencela dalam hal agama, ini merupakan perbuatan mencela yang paling buruk, misalnya : Orang yang jujur di katakan sok suci, orang yang memelihara jenggot di katakan mirip kambing, orang yang mengajak masyarakat memilih pemimpin muslim dikatakan SARA, wanita muslimah yang mengenakan niqob dikatakan seperti ninja dan lain sebagainya.

Hikmah yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah janganlah bermudah-mudahan untuk mencela, baik secara lisan maupun menggunakan mata atau anggota tubuh lainnya, di hadapan seseorang maupun dibelakangnya, baik mencela sungguhan ataupun hanya sekedar bercanda dengan maksud mengolok-olok terlebih lagi mencela dalam hal agama yang sudah Allah ingatkan secara tegas. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat : 11)

Biasanya seseorang yang suka mencela orang lain ini dilakukan di atas kesombongan. 


AYAT 2

Yang tujuannya hanya mengumpulkan harta dan menghitungnya, dan tak punya tujuan lain kecuali hal tersebut”.

Ayat 2 ini merupakan sebuah celaan bagi orang-orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Apa korelasinya dengan ayat pertama ? Ternyata salah satu motif seseorang dalam mencela itu adalah karena banyaknya harta. Harta mereka jadikan sebagai tolok ukur dalam menilai segala sesuatu, yang kaya sangat dihormati, sedangkan yang tidak kaya tak dihargai, memandang rendah orang-orang miskin. Maknya kebanyakan orang yang sombong itu ya orang-orang kaya tadi. Sehingga apapun itu dinilainya dengan harta. Misalnya hanya mau berteman dengan orang-orang yang sepadan saja, memilih besan dengan keluarga yang setara dan lain sebagainya.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah? Apakah kita tidak boleh mengumpulkan harta? Apakah kita tidak boleh mengecek atau melihat-lihat saldo di rekening? Apakah kita tidak boleh membeli tanah, emas untuk simpanan di masa yang akan datang? Bagaimana dengan tabungan pendidikan anak, haji dll? Jawabnya ada pada klasifikasi harta perorangan di bawah ini.

  1. Harta seseorang yang ia kumpulkan tidak mencapai nishob. Maka orang seperti ini boleh menumpulkan uang alias menabung.
  2. Harta yang dimiliki mencapai nishob tapi tidak dibayarkan zakat maal. Ijma’ ulama mengatakan yang demikian ini hukumnya haram untuk mengumpulkan harta. "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34) “(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At Taubah 34-35)
  3. Harta yang dimiliki mencapai nishob, dan sudah dikeluarkan zakatnya akan tetapi, sisa uangnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Dibolehkan menabung.
  4. Hartanya mencapai nishob, sudah dibayarkan zakatnya, dan sisa uangnya melebihi kebutuhan pokoknya. Jumhur ulama mengatak boleh menabung. 

Pernah suatu ketika Rasulullah memberikan nafkah kepada keluarga beliau untuk masa satu tahun dalam sekaligus saat mendapatkan harta rampasan perang (ini menunjukkan kepada kita bahwa boleh mengumpulkan uang untuk kepentingan di masa yang akan datang). 

Pada suatu waktu, Saad bin Abi Waqos sakit keras, karena sakit yang sangat sampai punya firasat mau meninggal, lalu datanglah Nabi kepadanya, “Wahai Rasulullah, aku berniat menginfaqkan seluruh hartaku di jalan Allah”  jawab Nabi “tidak”, lalu Saad bertanya lagi, “bagaimana jika separuhnya”, “tidak” jawab Nabi, “bagaimana jika 1/3 nya”, Nabi menjawab “Ya, sesungguhnya itu sudah banyak”, Lalu Nabi berkata “sesungguhnya lebih baik kamu tinggalkan keluargamu dalam kecukupan daripada dalam kondisi kekurangan”. 

Lalu siapakah yang dimaksud orang yang suka mengumpulkan harta pada ayat 2 ini? Yaitu orang-orang yang mengumpulkan harta tanpa mengeluarkan zakat, infaq dan sedekahhnya hanya sebatas untuk memperkaya diri.


AYAT 3

Ia mengira bahwa harta yang dikumpulkan bisa menolongnya dari kematian sehingga bisa hidup kekal di dunia”.

Ada 3 pendapat yang memberikan penjelasan tentang Kekal :

1. Kekal yang haqiqi

Mereka meyakini bahwa hidup di dunia itu selamanya tidak akan pernah mati sampai hari kiamat nanti. Nabi mengataka keyakinan seperti ini merupakan pemikiran orang-orang yang bodohnya tingkat akut, meyakini hal yang aneh dan tak mungkin terjadi, angan-angannya panjang sangat alias banyak mengkhayal. Allah dengan sangat tegas mengatakan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami yang namanya kematian. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Q.S. Ali 'Imran : 185)

Maka dari itu, tidak boleh seseorang berdoa agar hidup kekal sampai hari kiamat. Kalaupun seumpama ada maka yang paling pantas hidup kekal adalah Nabi kita yang paling baik akhlaknya. Tapi nyatanya tidak demikian, Nabi yang mulia juga mengalaminya, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula). (QS. Az Zumar : 30)

Contoh lain bahwa harta tidak mengekalkan adalah Qorun, hartanya melimpah kunci gudang hartanya bahkan diangkat 10 orang saja tidak kuat. Namun justru Qorun Allah tenggelamkan bersama seluruh hartnya ke dalam tanah. 

Sesungguhnya tak ada yang kekal di dunia ini, kecuali kehidupan akhiratnya yang kekal abadi selamanya. 

2. Kekal dalam anggapan panjang umurnya. Sejatinya panjang pendeknya usia tidak bergantung pada banyaknya harta. Justru yang bisa memanjangkan umur adalah dengan cara bersilaturohmi. Jangan pelit dan sering bersedekah kepada yang membutuhkan, karena pelit itu justru membawa petaka bagi diri seseorang. Harta yang masuk ke perut jadi enggak berkah karena ada hak orang lain yang belum ter tunaikan.

Banyaknya harta tidak dapat menambah umur manusia meski hanya sedetik. Justru semakin banyak harta bisa mengurangi umur karena sibuk dengan urusan hartanya dan berkurang waktunya untuk keluarga. 

3. Kekal dalam hal nama. Mereka mengira bahwa yang kaya itulah nantinya yang akan terus dikenang meski sudah tak hidup lagi. Namun apa baiknya dikenang jika terkenal yang buruknya saja.


AYAT 4

كَلَّا ۖ لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ

Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dicampakkan ke dalam (neraka) huthomah”

كَلَّا merupakan sebuah bantahan terhadap anggapan bahwa harta yang mereka kumpulkan akan membuat hidup kekal, menurut para ulama dan ahli bahasa seolah-olah Allah SWT  mengatakan kepada mereka kazakkta (sesungguhnya itu sebuah kebohongan) maka buang jauh-jauh anggapan kalian itu, justru kalian akan mati dan akan di masukkan ke dalam neraka untuk mendapatkan balasan atas perbuatan buruk kalian selama di dunia (seolah-olah seperti sumpahnya Allah).

Kata Layumbadanna berasal dari kata yumbada terdapat imbuhan la dan nun tasydid, hal ini bermakna sebuah kepastian/keseriusan. 

Kenapa menggunakan kata dicampakkan dalam ayat ini? Sebagai penegasan bahwa mereka itu amat sangat hina sebagaimana barang yang tak ada nilainya lagi. pada hari (ketika) itu mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya”. (QS. Ath-Thur : 13) .

Apa yang dicampakkan? Orangnya dan juga hartanya yang kelak akan menjadi bahan bakarnya di neraka. “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34) “(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah : 35-35).

Huthomah merupakan salah satu dari nama Neraka. Huthomah berasal dari kata Hathoma yang artinya menghancurkan sehancur-hancurnya. Karena orang yang suka mencaci orang lain itu menghancurkan hati orang yang dicelanya, makanya di akhirat Allah balas dengan siksa yang menghancurkan seluruh tubuhnya, lalu kami menghidupkannya lagi, menyiksanya lagi terus dan terus hingga seperti orang yang tak hidup dan orang yang tak mati. “Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Maha bijaksana.” (QS. An Nisa : 35)


AYAT 5

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ

“Tahukah kamu apakah (neraka) Ḥuṭamah?


AYAT 6

نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ

“(Ia adalah) api (azab) Allah yang dinyalakan”

Allah mengatakan نَارُ اللَّ   (api Allah), ketika api tersebut disandarkan kepada Allah maka itu menunjukkan bahwa api tersebut bukanlah api yang biasa akan tetapi api yang sangat mengerikan, karena yang menyiapkan api tersebut adalah Allah. Api spesial yang panasnya 70 kali lipat panasnya api dunia.

Api neraka pada asalnya sudah sangat panas, lalu dinyalakan dan dipanaskan lagi selama 1000 tahun oleh Allah, kemudian dipanaskan lagi selama 1000 tahun hingga api tersebut menjadi hitam, karena saking panasnya. Dan api tersebut disiapkan untuk orang kafir.


AYAT 7

الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ

“yang (membakar) naik sampai ke hati”

Makna kata  تَطَّلِعُ : 

  1. Sampai : Api tersebut sangat panas, dapat membakar tubuh manusia dari bagian luar hingga ke bagian tubuh yang paling dalam, yaitu hati dengan melewati beberapa lapisan kulit. Kenapa hati disebutkan secara spesifik padahal anggota tubuh bagian dalam itu kan banyak? Pendapat pertama para Ulama karena hati merupakan organ tubuh yang paling sensitif dan yang paling halus. Di sini Allah ingin menjelaskan betapa menderitanya para penghuni huthomah ini, mereka mendapatkan siksaan yang paling dahsyat hingga mencapai puncak siksaan yang paling tinggi hingga ke hati. Pendapat kedua jika siksaan manusia sudah mencapai ke dalam hati otomatis manusia tersebut akan mati, setelah mati dihidupkan kembali dan disiksa lagi, terus seperti itu tanpa ada akhir dan kekal selamanya.
  2. Mengetahui : Ahli tafsir mengatakan, api itu atas izin Allah SWT mampu mengetahui seberapa besar kebaikan dan keburukan seseorang. Jadi api bisa menentukan kadar siksaan yang akan diberikan kepada orang-orang yang suka mencela. Jadi masing-masing orang mendapatkan siksaan sesuai “kelas” masing-masing. 


AYAT 8

إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ

Sesungguhnya dia (api itu) tertutup rapat (sebagai hukuman) atas mereka”

Orang yang berada dalam neraka huthomah, akan disiksa dalam keadaan pintu tertutup rapat, tanpa ada celah sedikit pun untuk dapat dimasuki angin dari luar, begitu pun sebaliknya tidak ada uap api panas yang bisa keluar dari dalam, gambarannya demikian :

  1. Betapa panasnya api tersebut, jangankan terasa silir bahkan angin saja tidak bisa masuk ke dalamnya, sesak, pengap, panasnya terpusat mirip panci presto yang melumatkan duri ikan dan daging dalam waktu singkat.
  2. Mereka yang ada di dalamnya tidak ada harapan sama sekali untuk bisa keluar dari sana, jangankan pintu terbuka, celah saja tidak ada sama sekali. “Setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka) karena tersiksa, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasakanlah azab yang membakar ini!” (Al Hajj : 22)



AYAT 9

فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ

“(sedangkan mereka) diikat pada tiang-tiang yang panjang”

  • Fungsi tiang untuk mengunci pintu-pintu neraka dan membuat penghuninya semakin putus asa. “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (QS. Fatir : 37)
  • Fungsi tiang untuk memancung, orang-orang di ikat pada tiang lalu di panggang tanpa bisa bergerak sedikit pun.



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Firanda

2. Kajian Ustadz Adi Hidayat

3. Yufidtv

4. Ustadz Abdullah Zaen


Senin, 20 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL FIIL




Surat Al Fiil termasuk surat Makkiyah, yang turun sebelum Nabi Hijrah ke Medinah. 

Al Fiil artinya Gajah, walaupun demikian hal utama yang di bahas dalam surat ini adalah tentang keagungan kakbah bukan keagungan gajah. Allah sendiri yang turun tangan untuk memusnahkan orang-orang yang hendak menghancurkan kakbah, sekaligus sebagai sinyal keagungan Nabi Muhammad SAW karena beliau lahir pada peristiwa besar tersebut.

Dalam surat ini, juga menjelaskan tentang nikmat yang telah Allah karuniakan untuk orang-orang Quraisy yang menyelamatkan mereka dari serangan pasukan bergajah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Sama halnya dengan yang terdapat dalam QS. Al-Quraisy bahwa orang-orang Quraisy juga mendapatkan nikmat yang paling asasi yakni makanan dan rasa aman. Allah memberikan “hak istimewa” dengan menolong orang-orang Quraisy bukan berarti mereka lebih baik dari orang-orang Habasyah melainkan karena mereka memelihara Rumah Allah, Lagi-lagi tentang berkahnya hidup di sekeliling Ka’bah.


AZBABUN NUZUL

Bermula dari kisah Ashabul Ukhdud, yang Allah abadikan dalam Al Quran pada Surat Al-Buruj ayat 1-9, dimana dua puluh ribu kaum nasrani yang mempertahankan keteguhan iman dan menolak untuk murtad dibakar hidup-hidup olah raja dholim bernama Dzu Nuwas di Yaman. Kata Ukhdud berasal dari kata khadd yang artinya selokan lebar dan dalam seperti parit berisi kobaran api yang di gunakan untuk membakar kaum muslimin tersebut. Qodarullah salah satu dari mereka berhasil meloloskan diri yakni Daus. Lalu Daus meminta pertolongan kepada Raja di Syam, Raja Syam berkirim surat kepada kepada Raja Najasi di Habasyah (Ethiopia). Kemudian Raja Najasi memerintahkan kedua panglimanya yang bernama Abrahah dan Ar Riyath untuk menyerang Dzu Nuwas, dan akhirnya Dzu Nuwas pun tewas.

Setelah beberapa saat terjadi konflik mengenai siapa yang akan memimpin negeri diantara kedua panglima tersebut, Abrahah menantang Ar Riyath untuk melakukan duel, semula Abrahah hampir kalah karena tertusuk senjata di bagian wajah, namun Abrahah curang dengan menyuruh pasukannya untuk membunuh Ar Riyath. 

Berita kematian Ar Riyath tersebar hingga ke telinga Asyhamah (kakek Raja Najasi). Asyhamah marah besar kepada Abrahah. Untuk meredam kemarahan Asyhamah, Abrahah lalu berjanji akan membuatkan gereja yang tinggi dan super megah sebagai bentuk kesetiaan kepada kaumnya. Gereja tersebut di kenal dengan nama Qolais yang berasal dari kata Qolansowah (topi/peci) yang maknanya jika seseorang mendongak ke atas untuk melihat gereja, topi/peci yang dikenakan hampir jatuh saking tingginya.

Setelah gereja megah selesai di bangun, Abrahah memberikan ultimatum kepada seluruh penduduk Mekah Agar tidak lagi berhaji di Kakbah melainkan berpindah ke Gereja Qolais di Yaman. Mendengar hal tersebut orang-orang Quraisy jengkel dan marah, salah satu dari mereka membuang hajat di Gereja Qolais. Setelah Abrahah tahu kejadian tersebut, Abrahah marah besar dan hendak membalas dendam kepada orang-orang Quraisy. Berangkatlah Abrahah bersama pasukan gajah menuju Mekah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. 


AYAT 1

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?”

Tahukah Engkau merupakan kalimat pertanyaan, namun pertanyaan di sini bermaksud untuk menegaskan bahwa apa yang telah Allah lakukan terhadap pasukan bergajah ini benar-benar terjadi bukan sekedar cerita dongeng belaka. Di ayat ini Allah memerintahkah Nabi Muhammad SAW untuk mengambil hikmah dari kejadin tersebut. Pertanyaan di ayat ini sama halnya ketika Allah SWT memanggil Nadi Adam dan Hawa setelah makan buah khuldi, kemudian Allah berkata “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?” Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” 

Komentar dari Asy-Syaukani rahimahullah: 

“Ini untuk memberi Rasulullah, kesan kekaguman dan takjub, atas apa yang telah Allah lakukan kepada pasukan gajah.” Seolah-olah Allah sedang berfirman, ‘Kau telah mengetahuinya, ‘Hai Muhammad SAW’. Hanya dari kata ‘alam taro kaifa’, Allah ‘Azza wa Jalla seakan berfirman, Tidakkah kau sadari apa yang Allah lakukan kepada musuh-Nya? Jadi, apa yang salah denganmu? Mengapa tidak percaya pada-Nya? Kamu menggunakan kisah itu untuk berbangga hati, bagaimana Allah melindungi rumah-Nya. Mengapa kau tak mengambil langkah berikutnya menuju keimanan?”

Ahli sejarah mengatakan bahwasannya gajah yang di ajak bersama Abrahah jumlahnya tidak banyak, sekitar 8 sampai 12 gajah saja, gajah yang ukurannya paling besar diberi nama Mahmud. Saat rombongan Abrahah tiba di suatu tempat, pasukan Abrahah merampas unta milik penduduk di sana, termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib.

Mendengar unta miliknya di rampas pasukan, Abrahah lalu Abdul Muthalib mendatangi Abrahah. Abdul Muthalib memiliki perawakan yang gagah, ganteng dan sangat berwibawa hingga Abrahah merasa segan dan menghormati beliau. Lalu terjadilah dialog antara Abrahah dengan Abdul Muthalib melalui penerjemah Abrahah.

Intinya Abdul Muthalib datang karena ingin mengambil 200 unta miliknya, mendengar hal tersebut Abrahah heran, kenapa seorang Abdul Muthalib datang jauh-jauh hanya sekedar mengurusi unta miliknya alih-alih bernegosiasi agar kakbah tidak di serang Abrahah, lalu Abdul Muthalib menjawab, yang menjadi miliknya adalah 200 unta, sedangkan kakbah ada yang memilikinya (Allah). Sepulang dari tempat Abrahah, Abdul Muthalib mengajak beberapa orang Quraisy ke kakbah untuk berdoa kepada Allah agar kakbah dilindungi dari serangan Abrahah. “Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini”. Setelah berdoa Abdul Muthalib mengajak seluruh penduduk di sekitar kakbah naik ke atas bukit-bukit untuk menyaksikan pasukan Abrahah. 


AYAT 2

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?”

Kenapa Allah menggunakan istilah tipu daya? Padahal Abrahah dan pasukannya datang untuk menghancurkan kakbah secara terang-terangan? Letak tipu dayanya dimana ?. Jadi, secara lahiriyah maksud pembangunan gereja Abrahah adalah sebagai bentuk kesetiaan dan pengagungan terhadap agama orang-orang Nashara,  namun tujuan Abrahah yang sesungguhnya adalah ingin menghapuskan haji di Mekah dan berpindah ke Yaman, selain itu Abrahah juga ingin pusat perdagangan berpindah dari Mekah ke Yaman pula (tipu daya bisnis).

Kata tahliil bisa dimaknai dengan tersesat ataupun sia-sia. Apa yang sia-sia? Perbuatan Abrahah yang ingin menghancurkan kakbah tidak terlaksana, sehingga perbuatan yang mereka kerjakan menjadi sia-sia. Hal ini sama seperti yang di lakukan oleh Fir’aun tatkala ingin mempertahankan kedudukannya (tidak mau di ganti) dengan cara menyembelih seluruh bayi laki-laki di Mesir.


AYAT 3

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong”.

Tiba di sekitar kakbah, beberapa gajah termasuk gajah mahmud tidak mau berjalan ke depan menuju kakbah, segala cara dilakukan oleh pawang agar gajah mau menuju kakbah tetap saja gagal justru beberapa gajah berbalik ke belakang dan lari menjauh dari kakbah.

Abrahah terus melaju dengan sisa beberapa ekor gajah dan seluruh pasukannya, sebelum benar-benar mendekati kakbah, muncullah gerombolan burung yang berasal dari lautan secara berbondong-bondong (ababil).


AYAT 4

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar”.

Masing-masing burung membawa 3 hijaroh, satu di paruh dan dua di masing-masing kaki. Burung tersebut besarnya menyerupai kelelawar, kepalanya mirip seperti binatang buas, sedangkan kaki burung mirip seperti kaki anjing. 

Dilemparlah batu-batu panas yang mereka bawa ke arah pasukan gajah.


AYAT 5

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

sehingga Dia (Allah) menjadikan kmereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.

Akibat lemparan batu dari burung, anggota badan pasukan bergajah lepas satu persatu, bahkan saat batu itu mengain badan mereka bisa langsung tembus ke belakang (bagaikan daun di makan ulat). Sebagian besar pasukan gajah meninggal di tempat. Ada beberapa orang yang tidak meninggal namun mereka menjadi peminta-minta dan bahkan ada yang wajahnya terdapat bekas kotoran gajah. Abrahah sendiri sempat di bawa ke Yaman, tapi di perjalanan anggora badan Abrahah terlepas satu persatu juga, hingga tiba di yaman badan Abrahah terbelah tepat di depan para penduduk Yaman. Nah, maksud dari kejadian ini adalah, Allah sedang menghinakan Abrahah di depan kaumnya bahwa kesombongan itu membawa petaka bagi diri sendiri.


HIKMAH

Surat ini tidak hanya sebatas membahas tentang penyerangan Ka’bah, akan tetapi juga mengandung pesan sebagai peringatan bagi orang-orang yang memberontak, orang yang sombong, penguasa yang dzalim (tiran) yang hidup di masa apapun, entah dulu, sekarang, maupun yang akan datang, bahwa akibat yang mereka dapatkan sangat mengerikan



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen 

2. Kajian Ustadz Firanda

3. Web tafsir Ibnu Katsir online

4. Nakindonesia.com


Minggu, 12 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL QURAISY



Secara makna Surat Al -Quraisy masih berkaitan dengan surat Al-Fiil. Salah satu hikmah dihancurkannya pasukan gajah saat hendak merobohkan ka’bah adalah sebuah nikmat bagi orang-orang Quraisy sebagai penduduk Mekah. 

Suku Quraisy merupakan suku yang sangat besar di Arab. Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku Quraisy ini dimulai dari Bani Kinanah ada juga pendapat yang mengatakan suku Quraisy dimulai dari Bani Gholib. Berikut ini adalah nasab Nabi Muhammad SAW hingga ke Nabi Islmail AS dan Nabi Ibrahim AS.

Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusai bin Qilaf bin Murroh bin Kaab bin Luai bin Fihr bin Gholib bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin Hudzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Maad bin Adnan hingga sampai kepada Nabi Islmail AS dan Nabi Ibrahim AS namun ahli nasab tidak ada yang mengetahuinya.

MAKNA AYAT

Ayat 1
 لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ
Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy”
Sejatinya Allah menjaga ka’bah dati serangan Abrahah dan pasukan  bergajah ini untuk orang-orang Quraisy.
Kata ilaf  bermakna : 
- Untuk kehidupan orang-orang Quraisy di Kota Mekah, kebersamaan, kerukunan, dan keamanan.
- Kebiasaan orang-orang Quraisy. 

Ayat 2
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
“(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan).
Orang-orang Quraisy mempunyai kebiasaan melakukan perjalanan setahun dua kali. Pada saat musim dingin orang-orang Quraisy bepergian ke Yaman untuk melakukan perdagangan, biasanya barang-barang yang di jual berupa hasil pertanian. Dan pada saat musim panas mereka bepergian ke Syam yang saat ini sudah di bagi ke dalam empat wilayah yaitu Palestina, Yordania, Libanon, dan Suriah untuk menjual buah-buahan. Allah memberikah kemudahan dan keamanan bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan tersebut.

Ayat 3
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ
Maka, hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah)
Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada orang-orang Quraisy untuk menyembah pemilik Ka’bah (Allah). Kenapa di sebut Robbnya Ka’bah? Karena Allah sedang mengetuk hati orang-orang Quraisy. Di Mekah dengan kondisi tanah yang tandus, namun Allah anugerahkan kepada mereka makanan karena keberkahan tanah haram, dan tak lepas pula dari doa Nabi Ibrahim AS saat meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang masih sangat kecil di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ada teman dan bekal untuk mereka. Lalu Nabi Ibrahim berdoa “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ayat 4
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut.”
Allah telah memberikan nikmat makanan untuk menghilangkan rasa lapar bagi mereka serta memberikan rasa aman bagi orang-orang Quraisy. Terkesan sederhana pesan dari ayat ini, akan tetapi ini justru menjadi nikmat yang paling asasi bagi kehidupan manusia.

Sumber Belajar :
1. Kajian Ustadz Nuzul Dzikri via yuotube.
2. Kajian Ustadz Firanda via youtube.

Sabtu, 04 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL MA'UN

 


Al-Ma’un memiliki makna barang-barang yang bermanfaat, maksudnya adalah barang-barang secara umum mau pun barang-barang rumah tangga seperti panci, teko, piring dan lain sebagainya.

Dalam surat Al Ma’un ini mengajarkan kepada kita untuk menjaga hubungan kepada manusia habluminannas dan juga menjaga hubungan dengan Allah habluminallah.

Banyak fenomena di sekitar kita yang mengatakan “tidak berjilbab tidak apa-apa, yang penting baik akhlaknya”, “rajin sholat tapi tidak mau berbagi / pelit”, “saya tidak sholat, tapi saya sering membantu orang lain” dan sebagainya.

Hal semacam ini menggambarkan bahwa masih banyak orang di sekitar kita yang memahami islam secara sepotong-sepotong belum menyeluruh, padahal Allah memerintahkan agar kita menjaga kedua hubungan tersebut, dan barang siapa yang timpang antara kedua hal di atas maka oleh Allah di ancam dengan wail.


Faedah Surat Al Ma’un

1. Memuliakan anak yatim, membantu orang miskin, memperhatikan shalat, ikhlas dalam setiap amalan serta membantu orang lain mulai dari barang-barang yang ringan.

2. Menjelaskan orang yang meninggalkan kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada manusia.

3. Mendustakan Ad-diin artinya mendustakan hari pembalasan dan mendustakan Rasul.

4. Orang yang mendzolimi anak yatim tanda hatinya keras, tidak mengharap pahala dan tidak takut siksa Allah.

5. Sebelum memberi makan orang lain, diutamakan diri sendiri, beramal mulai dari diri sendiri lalu mengajak orang lain,

6. Orang yang lalai dalam shalat : menunda-nunda shalat, meninggalkan rukun shalat.

7. Orang yang lalai dalam shalat adalah orang yang riya’, beramal karena manusia.

8. Kita dianjurkan untuk memberi pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan.

9. Dalam membantu orang lain mulai dari yang ringan-ringan.

10. Memberikan sesuatu untuk dipinjam adalah sunnah.


Makna Ayat

Ayat 1

 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan?”

Kalimat tahukah engkau?, merupakan sebuah pertanyaan yang menunjukkan sikap keheranan. Apa yang membuat heran? Yaitu mereka yang mengingkari hari pembalasan. Ayat-ayat Allah yang memberikan kabar mengenai hari kiamat dan hari kebangkitan sangat banyak dan jelas, seperti surat Al Qori’ah, Al Qiyyamah dan lain-lain, namun masih saja banyak orang yang meragukannya bahkan tidak mempercayainya.

Siapa saja kah yang di mendustakan agama dalam ayat ini?

Ada yang berpendapat bahwa yang mendustakan agama adalah para pembesar Kaum Quraisy / orang-orang kafir terdahulu, seperti:

- Al Ash bin Wail : ayah dari Amru bin Ash yang merupakan sahabat Nabi, hingga meninggal Al Ash bin Wail tetap dalam keadaan kafir.

- Al Walid bin Mughirah : ayah dari Khalid bin Walid sahabat Nabi juga, Al Walid juga meninggal dalam keadaan kafir.

- Abu Jahl ibnu Hisyam : Ayah dari Ikrimah sahabat Nabi, Abu Jahl hingga akhir hayat masih terus memusuhi Nabi.

Intinya siapa yang mendustakan hari kebangkitan ini tidak ada penjelasan tegas dari Allah.


Ayat 2

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

Itulah orang yang menghardik anak yatim”

Dampak tidak mempercayai hari pembalasan adalah mudah menghardik anak yatim

Makna yatim adalah anak yang di tinggal wafat ayahnya sebelum baligh, dan tidak dikatakan yatim jika si anak sudah mencapai masa akil baligh.

Sedangkan pada hewan yang di sebut yatim jika di tinggal mati induknya (Qurthubi).

Mengurus dan menyantuni anak yatim akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah dan dekat dengan Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku dan orang yang memelihara anak yatim itu akan masuk surga seperti ini,". Nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggang keduanya. (HR. Bukhari).

Mengurus anak yatim di sini maksudnya benar-benar mengurus sampai besar, memenuhi segala kebutuhannya serta memperhatikan pendidikannya. Tanggung jawab mengurus anak yatim ini menjadi tanggung jawab bersama dam setiap orang akan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak, maka perhatikanlah! Adakah anak yatim di sekitar RT, di sekitar RW, atau di sekitar Desa yang butuh santunan. Bantulah yang dekat terlebih dahulu kemudian bantulah yang jauh.


Ayat 3

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”

Dampak tidak beriman kepada hari pembalasan adalah tidak mendorong/mengajak orang lain untuk memberi makan orang miskin.

Mengajak orang lain saja enggak mau apalagi memberi makan kepada orang miskin, kadang malah ada yang mengambil hak orang miskin. Misalnya : ikut menerima raskin padahal tidak tergolong orang miskin, ikut menggunakan gas melon padahal untuk usaha besar dan sebagainya. Dan ia juga tidak senang kalau orang lain bersedekah karena dirinya merasa terhina dan tercela saat tidak ikut bersedekah.

Sebenarnya dengan keberadaan orang miskin itu justru membantu orang-orang kaya. Seharusnya orang kaya juga berterima kasih kepada orang miskin. Why ? Rasul bersabda “Bantu aku para sahabatku dimana orang-orang miskin? ‘kenapa wahai Rasul?’ karena sesungguhnya kalian mendapatkan rezeki karena adanya orang-orang lemah disekeliling kita”.(HR. Abu Daud)

- Memberi makan orang miskin itu ibadah yang agung yang dapat menyelamatlan kita dari api neraka

- Tidak memberi makan orang miskin saat Allah beri kelebihan pada kita adalah perbuatan tercela.


Ayat 4 & Ayat 5

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat”

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“(yaitu) yang lalai terhadap salatnya”

Wail : sebagian ulama manafsirkan seperti sebuah lembah diantara dua gunung di neraka, untuk mencapai dasar lembah membutuhkan waktu selama 40 tahun. Menurut Sufyan bin Atho’ isi lembah tersebut adalah tetesan nanahnya penghuni neraka. Lalu siapa yang “menikmati” nanah tersebut ? Orang yang shalat namun lalai. Ciri orang yang lalai dalam shalat antara lain :

1. Jarang shalat : mengerjakan shalat saat sempat saja, shalat pada hari jum’at saja, shalat pada hari raya idul fitri atau idul Adha saja.

2. Mengerjakan shalat tapi di tunda-tunda (telat terus)

3. Shalat tepat waktu tapi tidak memenuhi rukun, syarat dan wajib shalat, misalnya wudhu tidak sempurna.

4. Asal-Asalan dalam shalat / tidak khusyuk.


Ayat 6

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

Yang berbuat riya”

Orang yang beribadah baik shalat, sedekah, haji dll karena mengharap sanjungan dari manusia.


Ayat 7

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

dan enggan (memberi) bantuan”

Pelit memberi pinjaman barang-barang yang bermanfaat.



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abduh Tuasikal via youtube

2. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen via youtube

3. Kajian Ustadz Firanda Andirja via youtube