Pages

Senin, 20 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL FIIL




Surat Al Fiil termasuk surat Makkiyah, yang turun sebelum Nabi Hijrah ke Medinah. 

Al Fiil artinya Gajah, walaupun demikian hal utama yang di bahas dalam surat ini adalah tentang keagungan kakbah bukan keagungan gajah. Allah sendiri yang turun tangan untuk memusnahkan orang-orang yang hendak menghancurkan kakbah, sekaligus sebagai sinyal keagungan Nabi Muhammad SAW karena beliau lahir pada peristiwa besar tersebut.

Dalam surat ini, juga menjelaskan tentang nikmat yang telah Allah karuniakan untuk orang-orang Quraisy yang menyelamatkan mereka dari serangan pasukan bergajah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Sama halnya dengan yang terdapat dalam QS. Al-Quraisy bahwa orang-orang Quraisy juga mendapatkan nikmat yang paling asasi yakni makanan dan rasa aman. Allah memberikan “hak istimewa” dengan menolong orang-orang Quraisy bukan berarti mereka lebih baik dari orang-orang Habasyah melainkan karena mereka memelihara Rumah Allah, Lagi-lagi tentang berkahnya hidup di sekeliling Ka’bah.


AZBABUN NUZUL

Bermula dari kisah Ashabul Ukhdud, yang Allah abadikan dalam Al Quran pada Surat Al-Buruj ayat 1-9, dimana dua puluh ribu kaum nasrani yang mempertahankan keteguhan iman dan menolak untuk murtad dibakar hidup-hidup olah raja dholim bernama Dzu Nuwas di Yaman. Kata Ukhdud berasal dari kata khadd yang artinya selokan lebar dan dalam seperti parit berisi kobaran api yang di gunakan untuk membakar kaum muslimin tersebut. Qodarullah salah satu dari mereka berhasil meloloskan diri yakni Daus. Lalu Daus meminta pertolongan kepada Raja di Syam, Raja Syam berkirim surat kepada kepada Raja Najasi di Habasyah (Ethiopia). Kemudian Raja Najasi memerintahkan kedua panglimanya yang bernama Abrahah dan Ar Riyath untuk menyerang Dzu Nuwas, dan akhirnya Dzu Nuwas pun tewas.

Setelah beberapa saat terjadi konflik mengenai siapa yang akan memimpin negeri diantara kedua panglima tersebut, Abrahah menantang Ar Riyath untuk melakukan duel, semula Abrahah hampir kalah karena tertusuk senjata di bagian wajah, namun Abrahah curang dengan menyuruh pasukannya untuk membunuh Ar Riyath. 

Berita kematian Ar Riyath tersebar hingga ke telinga Asyhamah (kakek Raja Najasi). Asyhamah marah besar kepada Abrahah. Untuk meredam kemarahan Asyhamah, Abrahah lalu berjanji akan membuatkan gereja yang tinggi dan super megah sebagai bentuk kesetiaan kepada kaumnya. Gereja tersebut di kenal dengan nama Qolais yang berasal dari kata Qolansowah (topi/peci) yang maknanya jika seseorang mendongak ke atas untuk melihat gereja, topi/peci yang dikenakan hampir jatuh saking tingginya.

Setelah gereja megah selesai di bangun, Abrahah memberikan ultimatum kepada seluruh penduduk Mekah Agar tidak lagi berhaji di Kakbah melainkan berpindah ke Gereja Qolais di Yaman. Mendengar hal tersebut orang-orang Quraisy jengkel dan marah, salah satu dari mereka membuang hajat di Gereja Qolais. Setelah Abrahah tahu kejadian tersebut, Abrahah marah besar dan hendak membalas dendam kepada orang-orang Quraisy. Berangkatlah Abrahah bersama pasukan gajah menuju Mekah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. 


AYAT 1

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?”

Tahukah Engkau merupakan kalimat pertanyaan, namun pertanyaan di sini bermaksud untuk menegaskan bahwa apa yang telah Allah lakukan terhadap pasukan bergajah ini benar-benar terjadi bukan sekedar cerita dongeng belaka. Di ayat ini Allah memerintahkah Nabi Muhammad SAW untuk mengambil hikmah dari kejadin tersebut. Pertanyaan di ayat ini sama halnya ketika Allah SWT memanggil Nadi Adam dan Hawa setelah makan buah khuldi, kemudian Allah berkata “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?” Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” 

Komentar dari Asy-Syaukani rahimahullah: 

“Ini untuk memberi Rasulullah, kesan kekaguman dan takjub, atas apa yang telah Allah lakukan kepada pasukan gajah.” Seolah-olah Allah sedang berfirman, ‘Kau telah mengetahuinya, ‘Hai Muhammad SAW’. Hanya dari kata ‘alam taro kaifa’, Allah ‘Azza wa Jalla seakan berfirman, Tidakkah kau sadari apa yang Allah lakukan kepada musuh-Nya? Jadi, apa yang salah denganmu? Mengapa tidak percaya pada-Nya? Kamu menggunakan kisah itu untuk berbangga hati, bagaimana Allah melindungi rumah-Nya. Mengapa kau tak mengambil langkah berikutnya menuju keimanan?”

Ahli sejarah mengatakan bahwasannya gajah yang di ajak bersama Abrahah jumlahnya tidak banyak, sekitar 8 sampai 12 gajah saja, gajah yang ukurannya paling besar diberi nama Mahmud. Saat rombongan Abrahah tiba di suatu tempat, pasukan Abrahah merampas unta milik penduduk di sana, termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib.

Mendengar unta miliknya di rampas pasukan, Abrahah lalu Abdul Muthalib mendatangi Abrahah. Abdul Muthalib memiliki perawakan yang gagah, ganteng dan sangat berwibawa hingga Abrahah merasa segan dan menghormati beliau. Lalu terjadilah dialog antara Abrahah dengan Abdul Muthalib melalui penerjemah Abrahah.

Intinya Abdul Muthalib datang karena ingin mengambil 200 unta miliknya, mendengar hal tersebut Abrahah heran, kenapa seorang Abdul Muthalib datang jauh-jauh hanya sekedar mengurusi unta miliknya alih-alih bernegosiasi agar kakbah tidak di serang Abrahah, lalu Abdul Muthalib menjawab, yang menjadi miliknya adalah 200 unta, sedangkan kakbah ada yang memilikinya (Allah). Sepulang dari tempat Abrahah, Abdul Muthalib mengajak beberapa orang Quraisy ke kakbah untuk berdoa kepada Allah agar kakbah dilindungi dari serangan Abrahah. “Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini”. Setelah berdoa Abdul Muthalib mengajak seluruh penduduk di sekitar kakbah naik ke atas bukit-bukit untuk menyaksikan pasukan Abrahah. 


AYAT 2

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?”

Kenapa Allah menggunakan istilah tipu daya? Padahal Abrahah dan pasukannya datang untuk menghancurkan kakbah secara terang-terangan? Letak tipu dayanya dimana ?. Jadi, secara lahiriyah maksud pembangunan gereja Abrahah adalah sebagai bentuk kesetiaan dan pengagungan terhadap agama orang-orang Nashara,  namun tujuan Abrahah yang sesungguhnya adalah ingin menghapuskan haji di Mekah dan berpindah ke Yaman, selain itu Abrahah juga ingin pusat perdagangan berpindah dari Mekah ke Yaman pula (tipu daya bisnis).

Kata tahliil bisa dimaknai dengan tersesat ataupun sia-sia. Apa yang sia-sia? Perbuatan Abrahah yang ingin menghancurkan kakbah tidak terlaksana, sehingga perbuatan yang mereka kerjakan menjadi sia-sia. Hal ini sama seperti yang di lakukan oleh Fir’aun tatkala ingin mempertahankan kedudukannya (tidak mau di ganti) dengan cara menyembelih seluruh bayi laki-laki di Mesir.


AYAT 3

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong”.

Tiba di sekitar kakbah, beberapa gajah termasuk gajah mahmud tidak mau berjalan ke depan menuju kakbah, segala cara dilakukan oleh pawang agar gajah mau menuju kakbah tetap saja gagal justru beberapa gajah berbalik ke belakang dan lari menjauh dari kakbah.

Abrahah terus melaju dengan sisa beberapa ekor gajah dan seluruh pasukannya, sebelum benar-benar mendekati kakbah, muncullah gerombolan burung yang berasal dari lautan secara berbondong-bondong (ababil).


AYAT 4

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar”.

Masing-masing burung membawa 3 hijaroh, satu di paruh dan dua di masing-masing kaki. Burung tersebut besarnya menyerupai kelelawar, kepalanya mirip seperti binatang buas, sedangkan kaki burung mirip seperti kaki anjing. 

Dilemparlah batu-batu panas yang mereka bawa ke arah pasukan gajah.


AYAT 5

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

sehingga Dia (Allah) menjadikan kmereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.

Akibat lemparan batu dari burung, anggota badan pasukan bergajah lepas satu persatu, bahkan saat batu itu mengain badan mereka bisa langsung tembus ke belakang (bagaikan daun di makan ulat). Sebagian besar pasukan gajah meninggal di tempat. Ada beberapa orang yang tidak meninggal namun mereka menjadi peminta-minta dan bahkan ada yang wajahnya terdapat bekas kotoran gajah. Abrahah sendiri sempat di bawa ke Yaman, tapi di perjalanan anggora badan Abrahah terlepas satu persatu juga, hingga tiba di yaman badan Abrahah terbelah tepat di depan para penduduk Yaman. Nah, maksud dari kejadian ini adalah, Allah sedang menghinakan Abrahah di depan kaumnya bahwa kesombongan itu membawa petaka bagi diri sendiri.


HIKMAH

Surat ini tidak hanya sebatas membahas tentang penyerangan Ka’bah, akan tetapi juga mengandung pesan sebagai peringatan bagi orang-orang yang memberontak, orang yang sombong, penguasa yang dzalim (tiran) yang hidup di masa apapun, entah dulu, sekarang, maupun yang akan datang, bahwa akibat yang mereka dapatkan sangat mengerikan



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen 

2. Kajian Ustadz Firanda

3. Web tafsir Ibnu Katsir online

4. Nakindonesia.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar