Pages

Sabtu, 04 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL MA'UN

 


Al-Ma’un memiliki makna barang-barang yang bermanfaat, maksudnya adalah barang-barang secara umum mau pun barang-barang rumah tangga seperti panci, teko, piring dan lain sebagainya.

Dalam surat Al Ma’un ini mengajarkan kepada kita untuk menjaga hubungan kepada manusia habluminannas dan juga menjaga hubungan dengan Allah habluminallah.

Banyak fenomena di sekitar kita yang mengatakan “tidak berjilbab tidak apa-apa, yang penting baik akhlaknya”, “rajin sholat tapi tidak mau berbagi / pelit”, “saya tidak sholat, tapi saya sering membantu orang lain” dan sebagainya.

Hal semacam ini menggambarkan bahwa masih banyak orang di sekitar kita yang memahami islam secara sepotong-sepotong belum menyeluruh, padahal Allah memerintahkan agar kita menjaga kedua hubungan tersebut, dan barang siapa yang timpang antara kedua hal di atas maka oleh Allah di ancam dengan wail.


Faedah Surat Al Ma’un

1. Memuliakan anak yatim, membantu orang miskin, memperhatikan shalat, ikhlas dalam setiap amalan serta membantu orang lain mulai dari barang-barang yang ringan.

2. Menjelaskan orang yang meninggalkan kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada manusia.

3. Mendustakan Ad-diin artinya mendustakan hari pembalasan dan mendustakan Rasul.

4. Orang yang mendzolimi anak yatim tanda hatinya keras, tidak mengharap pahala dan tidak takut siksa Allah.

5. Sebelum memberi makan orang lain, diutamakan diri sendiri, beramal mulai dari diri sendiri lalu mengajak orang lain,

6. Orang yang lalai dalam shalat : menunda-nunda shalat, meninggalkan rukun shalat.

7. Orang yang lalai dalam shalat adalah orang yang riya’, beramal karena manusia.

8. Kita dianjurkan untuk memberi pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan.

9. Dalam membantu orang lain mulai dari yang ringan-ringan.

10. Memberikan sesuatu untuk dipinjam adalah sunnah.


Makna Ayat

Ayat 1

 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan?”

Kalimat tahukah engkau?, merupakan sebuah pertanyaan yang menunjukkan sikap keheranan. Apa yang membuat heran? Yaitu mereka yang mengingkari hari pembalasan. Ayat-ayat Allah yang memberikan kabar mengenai hari kiamat dan hari kebangkitan sangat banyak dan jelas, seperti surat Al Qori’ah, Al Qiyyamah dan lain-lain, namun masih saja banyak orang yang meragukannya bahkan tidak mempercayainya.

Siapa saja kah yang di mendustakan agama dalam ayat ini?

Ada yang berpendapat bahwa yang mendustakan agama adalah para pembesar Kaum Quraisy / orang-orang kafir terdahulu, seperti:

- Al Ash bin Wail : ayah dari Amru bin Ash yang merupakan sahabat Nabi, hingga meninggal Al Ash bin Wail tetap dalam keadaan kafir.

- Al Walid bin Mughirah : ayah dari Khalid bin Walid sahabat Nabi juga, Al Walid juga meninggal dalam keadaan kafir.

- Abu Jahl ibnu Hisyam : Ayah dari Ikrimah sahabat Nabi, Abu Jahl hingga akhir hayat masih terus memusuhi Nabi.

Intinya siapa yang mendustakan hari kebangkitan ini tidak ada penjelasan tegas dari Allah.


Ayat 2

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

Itulah orang yang menghardik anak yatim”

Dampak tidak mempercayai hari pembalasan adalah mudah menghardik anak yatim

Makna yatim adalah anak yang di tinggal wafat ayahnya sebelum baligh, dan tidak dikatakan yatim jika si anak sudah mencapai masa akil baligh.

Sedangkan pada hewan yang di sebut yatim jika di tinggal mati induknya (Qurthubi).

Mengurus dan menyantuni anak yatim akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah dan dekat dengan Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku dan orang yang memelihara anak yatim itu akan masuk surga seperti ini,". Nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggang keduanya. (HR. Bukhari).

Mengurus anak yatim di sini maksudnya benar-benar mengurus sampai besar, memenuhi segala kebutuhannya serta memperhatikan pendidikannya. Tanggung jawab mengurus anak yatim ini menjadi tanggung jawab bersama dam setiap orang akan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak, maka perhatikanlah! Adakah anak yatim di sekitar RT, di sekitar RW, atau di sekitar Desa yang butuh santunan. Bantulah yang dekat terlebih dahulu kemudian bantulah yang jauh.


Ayat 3

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”

Dampak tidak beriman kepada hari pembalasan adalah tidak mendorong/mengajak orang lain untuk memberi makan orang miskin.

Mengajak orang lain saja enggak mau apalagi memberi makan kepada orang miskin, kadang malah ada yang mengambil hak orang miskin. Misalnya : ikut menerima raskin padahal tidak tergolong orang miskin, ikut menggunakan gas melon padahal untuk usaha besar dan sebagainya. Dan ia juga tidak senang kalau orang lain bersedekah karena dirinya merasa terhina dan tercela saat tidak ikut bersedekah.

Sebenarnya dengan keberadaan orang miskin itu justru membantu orang-orang kaya. Seharusnya orang kaya juga berterima kasih kepada orang miskin. Why ? Rasul bersabda “Bantu aku para sahabatku dimana orang-orang miskin? ‘kenapa wahai Rasul?’ karena sesungguhnya kalian mendapatkan rezeki karena adanya orang-orang lemah disekeliling kita”.(HR. Abu Daud)

- Memberi makan orang miskin itu ibadah yang agung yang dapat menyelamatlan kita dari api neraka

- Tidak memberi makan orang miskin saat Allah beri kelebihan pada kita adalah perbuatan tercela.


Ayat 4 & Ayat 5

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat”

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“(yaitu) yang lalai terhadap salatnya”

Wail : sebagian ulama manafsirkan seperti sebuah lembah diantara dua gunung di neraka, untuk mencapai dasar lembah membutuhkan waktu selama 40 tahun. Menurut Sufyan bin Atho’ isi lembah tersebut adalah tetesan nanahnya penghuni neraka. Lalu siapa yang “menikmati” nanah tersebut ? Orang yang shalat namun lalai. Ciri orang yang lalai dalam shalat antara lain :

1. Jarang shalat : mengerjakan shalat saat sempat saja, shalat pada hari jum’at saja, shalat pada hari raya idul fitri atau idul Adha saja.

2. Mengerjakan shalat tapi di tunda-tunda (telat terus)

3. Shalat tepat waktu tapi tidak memenuhi rukun, syarat dan wajib shalat, misalnya wudhu tidak sempurna.

4. Asal-Asalan dalam shalat / tidak khusyuk.


Ayat 6

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

Yang berbuat riya”

Orang yang beribadah baik shalat, sedekah, haji dll karena mengharap sanjungan dari manusia.


Ayat 7

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

dan enggan (memberi) bantuan”

Pelit memberi pinjaman barang-barang yang bermanfaat.



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abduh Tuasikal via youtube

2. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen via youtube

3. Kajian Ustadz Firanda Andirja via youtube


Tidak ada komentar:

Posting Komentar