Pages

Senin, 12 September 2022

Segenggam Takdir Allah swt di pekan Penuh Penjuangan

 


Akan aku tuangkan di sini, agar kelak suatu saat menjadi pengingat akan nikmat dan kasih sayang Allah swt yang begitu luar biasa.

Bulan lalu saat datang bulan yang di tunggu-tunggu belum juga hadir, kuberanikan diri untuk membeli tespek, dengan segera saya lakukan tes di kamar mandi. Alhamdulillah garis dua, bersyukur sekaligus kaget seperti belum percaya. Ok, pagi hari saya tes kembali dan hasilnya juga garis dua. Alhamdulillah rejeki buat kami sekeluarga.

Ok fiks, saya mulai menjaga asupan makanan yang saya konsumsi, berhati-hati dalam berkendara dan menjaga agar badan tidak terlalu capek. Berhenti menerapakan pola diet dan tidak berolah raga sama sekali. Saya begitu bersemangat menyambut kehamilan anak kelima kami, saya mulai mengobrak-abrik lemari memilah-milah kembali pakaian bayi yang masih bagus dan saya tata dalam sebuah lemari tersendiri agar mudah dijangkau.

Hari itu (Ahad) saya beraktivitas sebagaimana biasanya. Jam 6 saya tiba di pasar, berbelanja berbagai macam sayuran dan lauk untuk menyetok bahan makanan selama satu pekan. Tiba di rumah kira-kira jam 7.30, sarapan pagi lanjut beberes sayuran sekaligus menyusun foodprep agar mempermudah saat saya mau memasak.

Aktivitas foodprep selesai sekitar pukul 10.00, kemudian lanjut memasak untuk makan siang dan makan malam. Setelah dzuhur rehat hingga asar (tentunya sambil momong ya, tidak betul-betul rehat) hehehe. Kemudian sholat asar lanjut lipet-lipet pakaian yang baru saja di angkat dari jemuran.

Namun ketika hendak shalat asar ada sesuatu yang aneh, waktu BAK ada sekidit bercak darah yang ikut keluar, insya Allah tidak masalah batinku. Waktu berlalu dan saya beraktivitas sebagaimana biasanya hingga menjelang hendak tidur saya merasa seperti mau haid, perut agak nyeri dan punggung terasa agak pegel. Setelah saya ke kamar mandi ternyata keluar flek berwarna kecoklatan agak banyak. Mak deg hati saya, ada yang tidak beres dengan kehamilanku kali ini.

Pagi hari masih tetap sama keluar flek, melalui chat WA saya berkomunikasi dengan bidan yang bertanggung jawab di wilayah tinggal kami. Bidan menyarankan agar saya melakukan pemeriksaan ke puskesmas untuk mengambil surat rujukan ke Rumah Sakit hari itu juga, namun suami terlanjur berangkat ke sekolah, akhirnya saya putuskan untuk bedrest dan menunggu hingga esok pagi periksa ke puskesmasnya.


Selasa pagi, diantar suami dan ditemeni duo bocil untuk pemeriksaan, hasil USG ternyata sudah terlihat kantong kehamilan di dalam rahim namun belum terlihat sama sekali adanya bakal janin di dalamnya. Menurut keterangan dokter ada indikasi BO (Bilghted Ovum) janin tidak berkembang. Saya di sarankan untuk bedrest, dan dua pekan lagi di minta kontrol kembali. Oke saya pulang.

Rabu pagi, keluar darah segar seperti orang haid, saya tanyakan lagi kepada bidan wilayah saya harus ngapain? Saran bidan langsung segera periksa lagi ke rumah sakit, padahal kemaren baru saja periksa dari sana. Lalu saya coba tanyakan kepada Bidan Ega (temen ngaji), beliau mengatakan bedrest dulu sambil lihat perkembangannya seperti apa, dan beliau juga mengatakan itu seperti ciri-ciri mau abortus. Oke akhirnya saya bedrest total.

Setelah 3 hari, tepatnya hari jumat pagi, saya kembali periksa ke rumah sakit karena terasa mules terus menerus, dan kemaren sempat keluar gumpalan darah kecil. Saat di USG ternyata masih terlihat kantong kehamilan yang kosong. Lalu dokter memberi penjelasan panjang dan lebar, beliau berpesan, nanti jika pendarahan semakin banyak langsung datang ke rumah sakit untuk rawat inap. OK saya pulang lagi.

Perut masih terasa mules, mulesnya datang dan pergi, punggung terasa semakin pegel pula. Setelah sholat maghrib perut semakin mules hingga kram sampe tidak tertahankan, rasanya seperti kontraksi menjelang persalinan pas awal-awal mau proses pembukaan. Akhirnya kami memutuskan untuk segera berangkat ke rumah sakit. Saya tanyakan kembali kepada Bidan Ega, saya harus gimana, beliau bilang segera ke rumah sakit. Saya bergegas menyiapkan diri menuju kamar mandi, tiba-tiba saat berdiri keluar gumpalan darah sebesar genggaman tangan, Ya Allah sudah lepas batinku. Lalu di susul dengan darah segar yang mengalir, Ya Robbi kuatkan aku. Pasrah.



Tak berapa lama kami berangkat ke rumah sakit, Alhamdulillah segera tertangani oleh petugas di sana. Dalam satu ruang ada dua pasien, saya dan pasien lainnya yang sedang hamil. Malem itu kami tidur hanya berdua (di bed masing-masing). Tak ada yang menemani kami seorang pun. Lalu pagi harinya kami sempat mengobrol, bahwa suami beliau juga sedang menjaga anaknya yang masih kecil di rumah.

Sekitar pukul 9 saya melakukan pemeriksaan USG yang ketiga, ternyata masih ada kantong di rahim, lalu dokter menyarankan untuk di kuret. Alhamdulilah di temani bidan Ega dan kepala ranap RS, sayapun meminta pertimbangan kepada beliau, dan beliau juga menyarankan untuk kuret, ok kamipun setuju, dan setelah suami datang ke RS dilakukanlan tidakan kuret tersebut.


Gimana rasanya? Apakah sakit? Sakit sedikit, rasanya ngilu banget di perut. Dan prosesnya tidak lama hanya sekitar 10 menitan dan hanya dibius lokal.



Alhamdulillah setelah proses kuret selesai, tidak ada keluhan lagi, sore setelah asar di perbolehkan pulang ke rumah. Kini tinggal masa recovery. Mohon doanya ya semoga lekas sehat dan bugar kembali.

Senin, 04 Juli 2022

Tadabbur Surat Al Ashr


Surat Al-Ashr di sebut juga dengan Surat Wal-Ashr. 

Tak ada hadits khusus yang menyebutkan kapan waktu yang di tekankan untuk membaca surat Al-Ashr, akan tetapi ada satu moment sahabat Rasul membaca surat ini yaitu ketika bertemu dan sebelum berpisah. 

AYAT 1 

“Demi masa” 

Diawali dengan sumpah “demi”, hal ini menunjukkan betapa pentingnya, betapa seriusnya, ada penekanan serta penegasan). 

Makna Al-Ashr 

1. Masa / waktu / zaman. 

2. Waktu sore yakni dimulai saat matahari mulai tergelincir (setelah waktu dzuhur) sampai matahari terbenam. 

3. Shalat asar. 

Dari ketiga pendapat tersebut menurut Imam Thobari yang paling kuat adalah Al Ashr bermakna masa / waktu / zaman yang cakupan maknanya lebih luas. 

Kenapa Allah menonjolkan waktu? 

Karena waktu merupakan sebuah wadah dari seluruh perbuatan yang kita kerjakan. Allah menjelaskan betapa pentingnya waktu, masing-masing orang telah Allah swt berikan porsi waktu yang sama dengan kondisi yang berbeda. Misalnya saat dini hari, orang-orang beriman sedang khusyuk mendekatkan diri kepada Rabb-Nya, di saat yang sama pula para komplotan penjahat sedang melakukan aksinya pula untuk mengambil harta orang lain.  

Kenapa Allah bersumpah menggunakan waktu? 

Padahal tidak boleh bersumpah kecuali dengan nama Allah, dalam sumpah ada pengagungan dan yang pantas di agungkan hanyalah Allah. 

Sejatinya sebagai seorang hamba, kita tidak pantas menanyakan kenapa atas segala ketetapan Allah. Ketetapan Allah itu pasti yang terbaik, paling tepat, paling benar, paling adil, bijaksana dan sempurna karena Allah dzat Yang Maha Segalanya.  

Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan kita agar mampu berfikir, memaknai, dan merenungi tentang urgensi waktu. Ada beberapa ayat lain yang Allah swt bersumpah atas nama makhluknya : 

 وَالشَّمْ سِ وَضُحَاهَا 

“Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah)” 

 وَاللَّيْ لِ  إذَا يَغْشَ ىِ 

“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)” 

 

AYAT 2 

Makna manusia :  

1. Orang-orang kafir 

2. Semua manusia baik muslim maupun yang kafir.  

Makna Qusrin : Kerugian, kekurangan, siksaan, kebinasaan. 

Kerugian ada dua macam : 

1. Kerugian total  

2. Kerugian sebagian 

Sebagai Permisalan seorang pedagang terkadang mengalami kerugian, bisa kerugian total (modalnya ikut tidak kembali) maupun kerugian sebagian. Nah kita sebagai seorang hamba juga tentu punya modal dalam hidup ini yakni UMUR. Dan Allah telah memberikan modal tersebut kepada kita semua, tergantung bagaimana masingmasing kita memanfaatkan modal yang telah Allah kasih tersebut.  

Siapakah yang mengalami kerugian total? 

Yakni orang-orang kafir, sebagaimana telah Allah jelaskan dalam surat Ali Imran ayat 85 yang artinya “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.  

Sebanyak apapun kekayaan yang mereka kumpulkan  maka tak akan ada manfaatnya sama sekali kelak di hari kiamat dan tak dapat digunakan untuk menebus siksa Allah swt. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab pada hari Kiamat, niscaya semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih”, (QS. Al Maidah : 36). 

Lalu siapakah yang mengalami kerugian sebagian? 

Yakni seorang muslim yang tidak memaksimal memanfaatkan umurnya terhadap 4 hal sebagaimana yang telah Allah jelaskan pada ayat selanjutnya. “Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami” (QS. Al A’raf : 9) 

Makna  “laa” : benar-benar berada di dalam kerugian, artinya tenggelam di dalamnya.  

Baru menyadari kalau manusia rugi itu saat ajal di depan mata, merasa bekal masih sedikit, sedangkan dosa terlampau banyak, padahal harga surga tak bisa dibayar dengan amalan yang sedikit itu, sholat masih belum khusyuk, lisan masih sering humazah dan lumazah, mata masih sering melihat hal-hal haram, telinga masih sering mendengar perkataan kotor, hati belum sepenuhnya tunduk terhadap syariat Allah swt, diri masih sering membalas kenikmatan Allah dengan kemaksiatan. Dan tatkala ajal datang menjelang, segala permintaan penangguhan kematian tak akan bisa meski hanya sedetik. ‘Ya Allah tambahkan umur kepadaku, niscaya aku akan banyak bersedekah, banyak membaca dan mempelajari Al Quran, rajin shalat, dan beramal baik yang banyak  akan tetapi kesempatan itu telah tiada.  

Menjadi pengingat diri bahwa mari kita manfaatkan umur kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal di saat ajal telah tiba. Naudzubillah. 

Sebab seseorang merugi 

- Rakus terhadap harta : berbohong demi uang, menghalalkan segala cara demi uang, manipulasi laporan keuangan agar untung dll. 

- Rakus terhadap kedudukan : Membeli suara saat pemilu, curang dalam pemilihan, praktik suap dll. 

 

AYAT 3 

Syarat selamat dari kerugian : beriman, mengerjakan amal sholeh, menasihati untuk kebenaran dan menasihati untuk kesabaran. 

Iman itu apa?  

Sebagaimana dalam sebuah hadits yang di tanyakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yakni mencakup 6 rukun Iman. 

Untuk memahami apa itu rukun iman kita perlu memiliki ilmu agama, makanya hukum belajar ilmu agama itu wajib agar ilmu tersebut membatu kita dalam beramal. Misalnya tentang Iman Kepada Allah minimal harus ada 4 hal yang kita yakini : 1. Yakin bahwa Allah swt itu ada, 2. Yakin bahwa Allah swt satu-satunya yang menciptakan, menguasai dan mengatur, 3. memahami dengan benar asmaasma Allah dan sifat-sifat-Nya, 4. Yakin Allah swt satu-satunya yang berhak di sembah. Pun dalam bermuamalah juga butuh ilmu dalam pelaksanaannya.  

Beramal shalih 

Orang yang mengerjakan amal sholih itu sudah pasti butuh ilmu. Allah telah mengkaruniakan kepada kita penglihatan, pendengaran dan juga hati, agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya saat belajar. Baik belajar ilmu agama  maupun ilmu dunia. 

 

 

Sumber Belajar : 

Kajian Ustadz Abdullah Zaen  

 


Senin, 27 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL HUMAZAH



AYAT 1

Celaka dan siksa yang pedih bagi orang yang suka menggunjing dan mencela orang lain."

Makna wailul ada dua pendapat :

  • Nama suatu lembah di neraka yang kedalamannya bisa ditempuh selama 40 tahun, isi lembah tersebut lelehan nanah penghuni neraka.
  • Doa keburukan : Al khizyu (kehinaan), Al ‘Alaq (kebinasaan), Al Azab (siksaan)

Surat di dalam Al Quran yang di buka dengan kata wail terdapat pada surat Al Humazah dan surat Al Muthaffifin. Secara garis besar surat Al Humazah mengisahkan tentang orang-orang yang suka mengumpat sedangkan Al Muthaffifin mengisahkan orang-orang yang curang dalam berniaga.

Perbedaan makna humazah & Lumazah :

  • Humazah artinya mencela dengan lisan, mencela di hadapan seseorang secara langsung, termasuk berkata-kata kotor, mengumpat dengan nama binatang dan sejenisnya.
  • Lumazah artinya mencela dengan mimik/gestur seperti menggunakan mata, bibir dan anggota tubuh lainnya, mencela di belakang seseorang.

Yang perlu kita garis bawahi di sini adalah bahwa perbuatan mencela itu secara tegas di larang oleh Allah, apapun bentuknya jangan pernah kita lalukan.

Motif mencela :

  1. Sungguh-sungguh mencela : mencela yang bersumber dari rasa benci, iri dan dengki terhadap seseorang. Misalnya, saling menjelekkan dan menjantuhkan satu sama lain ketika hendak mencalonkan diri menjadi kepala desa, saat bersaing dalam hal berniaga.
  2. Bermaksud bercanda. Misalnya memincang-mincangkan kaki agar mirip seperti orang yang pincang betulan dengan maksud membuat orang lain tertawa. 

Yang perlu kita perhatikan saat hendak bercanda dengan orang lain jangan sampai ada kebohongan saat bercandaan tersebut. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits riwayat Tabrani, “Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda ‘Aku juga bercanda, namun aku tetap berkata yang benar’ (HR. Tabrani)”

Pernah suatu hari, Rasulullah di datangi oleh seorang nenek tua, lalu meminta kepada Nabi agar mendoakannya masuk surga, lantas Nabi menjawab ‘Di surga tidak ada wanita tua’. Pulanglah nenek dengan menangis tersedu-sedu. Kemudian Nabi memanggil sang nenek dan berkata, sesungguhnya di surga tidak ada orang yang tua, tapi ia akan kembali muda. Sang nenek akhirnya tersenyum dengan gembira.

Kisah kedua, Pada suatu waktu ada seseorang yang bertanya kepada Abu Hanifah, “Wahai Iman Hanifah, kemanakah aku harus menghadapkan badanku saat mandi? Apakah menghadap kiblat ataukah membelakanginya? Abu Hanifah menjawab ‘ mandilah menghadap ke pakaianmu agar tidak dicuri orang”.

Rasulullah juga telah menegaskan tentang larangan bercanda dengan kebohongan sebagaimana yang tertuang dalam hadits riwayat Abu Daud & Tirmidzi, “Celakalah yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia. Celakalah dia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

Allah sudah mewanti-wanti untuk terus berupaya menjaga lisan, agar tidak menggelincirkan kita ke dalam api neraka. Itulah benar kata pepatah bahwa ‘Lidah tidak bertulang’ betapa ucapan yang kita lontarkan dari mulut itu amat cepat yang kadang-kadang tanpa kita pikirkan akibat dari kata-kata itu. Namun Allah juga menjanjikan pahala surga bagi orang-orang yang mampu menjaga lisan, sebagaimana di sampaikan dalam sebuah hadits riwayat Bukhori, “Dari Sahal bin Saad RW, sesungguhnya Nabi SAW bersabda :

Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)

Pengingat bagi kita semua, untuk terus menjaga lisan terutama agar tidak mencela, terlebih lagi mencela dalam hal agama, ini merupakan perbuatan mencela yang paling buruk, misalnya : Orang yang jujur di katakan sok suci, orang yang memelihara jenggot di katakan mirip kambing, orang yang mengajak masyarakat memilih pemimpin muslim dikatakan SARA, wanita muslimah yang mengenakan niqob dikatakan seperti ninja dan lain sebagainya.

Hikmah yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah janganlah bermudah-mudahan untuk mencela, baik secara lisan maupun menggunakan mata atau anggota tubuh lainnya, di hadapan seseorang maupun dibelakangnya, baik mencela sungguhan ataupun hanya sekedar bercanda dengan maksud mengolok-olok terlebih lagi mencela dalam hal agama yang sudah Allah ingatkan secara tegas. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat : 11)

Biasanya seseorang yang suka mencela orang lain ini dilakukan di atas kesombongan. 


AYAT 2

Yang tujuannya hanya mengumpulkan harta dan menghitungnya, dan tak punya tujuan lain kecuali hal tersebut”.

Ayat 2 ini merupakan sebuah celaan bagi orang-orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Apa korelasinya dengan ayat pertama ? Ternyata salah satu motif seseorang dalam mencela itu adalah karena banyaknya harta. Harta mereka jadikan sebagai tolok ukur dalam menilai segala sesuatu, yang kaya sangat dihormati, sedangkan yang tidak kaya tak dihargai, memandang rendah orang-orang miskin. Maknya kebanyakan orang yang sombong itu ya orang-orang kaya tadi. Sehingga apapun itu dinilainya dengan harta. Misalnya hanya mau berteman dengan orang-orang yang sepadan saja, memilih besan dengan keluarga yang setara dan lain sebagainya.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah? Apakah kita tidak boleh mengumpulkan harta? Apakah kita tidak boleh mengecek atau melihat-lihat saldo di rekening? Apakah kita tidak boleh membeli tanah, emas untuk simpanan di masa yang akan datang? Bagaimana dengan tabungan pendidikan anak, haji dll? Jawabnya ada pada klasifikasi harta perorangan di bawah ini.

  1. Harta seseorang yang ia kumpulkan tidak mencapai nishob. Maka orang seperti ini boleh menumpulkan uang alias menabung.
  2. Harta yang dimiliki mencapai nishob tapi tidak dibayarkan zakat maal. Ijma’ ulama mengatakan yang demikian ini hukumnya haram untuk mengumpulkan harta. "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34) “(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At Taubah 34-35)
  3. Harta yang dimiliki mencapai nishob, dan sudah dikeluarkan zakatnya akan tetapi, sisa uangnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Dibolehkan menabung.
  4. Hartanya mencapai nishob, sudah dibayarkan zakatnya, dan sisa uangnya melebihi kebutuhan pokoknya. Jumhur ulama mengatak boleh menabung. 

Pernah suatu ketika Rasulullah memberikan nafkah kepada keluarga beliau untuk masa satu tahun dalam sekaligus saat mendapatkan harta rampasan perang (ini menunjukkan kepada kita bahwa boleh mengumpulkan uang untuk kepentingan di masa yang akan datang). 

Pada suatu waktu, Saad bin Abi Waqos sakit keras, karena sakit yang sangat sampai punya firasat mau meninggal, lalu datanglah Nabi kepadanya, “Wahai Rasulullah, aku berniat menginfaqkan seluruh hartaku di jalan Allah”  jawab Nabi “tidak”, lalu Saad bertanya lagi, “bagaimana jika separuhnya”, “tidak” jawab Nabi, “bagaimana jika 1/3 nya”, Nabi menjawab “Ya, sesungguhnya itu sudah banyak”, Lalu Nabi berkata “sesungguhnya lebih baik kamu tinggalkan keluargamu dalam kecukupan daripada dalam kondisi kekurangan”. 

Lalu siapakah yang dimaksud orang yang suka mengumpulkan harta pada ayat 2 ini? Yaitu orang-orang yang mengumpulkan harta tanpa mengeluarkan zakat, infaq dan sedekahhnya hanya sebatas untuk memperkaya diri.


AYAT 3

Ia mengira bahwa harta yang dikumpulkan bisa menolongnya dari kematian sehingga bisa hidup kekal di dunia”.

Ada 3 pendapat yang memberikan penjelasan tentang Kekal :

1. Kekal yang haqiqi

Mereka meyakini bahwa hidup di dunia itu selamanya tidak akan pernah mati sampai hari kiamat nanti. Nabi mengataka keyakinan seperti ini merupakan pemikiran orang-orang yang bodohnya tingkat akut, meyakini hal yang aneh dan tak mungkin terjadi, angan-angannya panjang sangat alias banyak mengkhayal. Allah dengan sangat tegas mengatakan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami yang namanya kematian. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Q.S. Ali 'Imran : 185)

Maka dari itu, tidak boleh seseorang berdoa agar hidup kekal sampai hari kiamat. Kalaupun seumpama ada maka yang paling pantas hidup kekal adalah Nabi kita yang paling baik akhlaknya. Tapi nyatanya tidak demikian, Nabi yang mulia juga mengalaminya, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula). (QS. Az Zumar : 30)

Contoh lain bahwa harta tidak mengekalkan adalah Qorun, hartanya melimpah kunci gudang hartanya bahkan diangkat 10 orang saja tidak kuat. Namun justru Qorun Allah tenggelamkan bersama seluruh hartnya ke dalam tanah. 

Sesungguhnya tak ada yang kekal di dunia ini, kecuali kehidupan akhiratnya yang kekal abadi selamanya. 

2. Kekal dalam anggapan panjang umurnya. Sejatinya panjang pendeknya usia tidak bergantung pada banyaknya harta. Justru yang bisa memanjangkan umur adalah dengan cara bersilaturohmi. Jangan pelit dan sering bersedekah kepada yang membutuhkan, karena pelit itu justru membawa petaka bagi diri seseorang. Harta yang masuk ke perut jadi enggak berkah karena ada hak orang lain yang belum ter tunaikan.

Banyaknya harta tidak dapat menambah umur manusia meski hanya sedetik. Justru semakin banyak harta bisa mengurangi umur karena sibuk dengan urusan hartanya dan berkurang waktunya untuk keluarga. 

3. Kekal dalam hal nama. Mereka mengira bahwa yang kaya itulah nantinya yang akan terus dikenang meski sudah tak hidup lagi. Namun apa baiknya dikenang jika terkenal yang buruknya saja.


AYAT 4

كَلَّا ۖ لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ

Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dicampakkan ke dalam (neraka) huthomah”

كَلَّا merupakan sebuah bantahan terhadap anggapan bahwa harta yang mereka kumpulkan akan membuat hidup kekal, menurut para ulama dan ahli bahasa seolah-olah Allah SWT  mengatakan kepada mereka kazakkta (sesungguhnya itu sebuah kebohongan) maka buang jauh-jauh anggapan kalian itu, justru kalian akan mati dan akan di masukkan ke dalam neraka untuk mendapatkan balasan atas perbuatan buruk kalian selama di dunia (seolah-olah seperti sumpahnya Allah).

Kata Layumbadanna berasal dari kata yumbada terdapat imbuhan la dan nun tasydid, hal ini bermakna sebuah kepastian/keseriusan. 

Kenapa menggunakan kata dicampakkan dalam ayat ini? Sebagai penegasan bahwa mereka itu amat sangat hina sebagaimana barang yang tak ada nilainya lagi. pada hari (ketika) itu mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya”. (QS. Ath-Thur : 13) .

Apa yang dicampakkan? Orangnya dan juga hartanya yang kelak akan menjadi bahan bakarnya di neraka. “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34) “(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah : 35-35).

Huthomah merupakan salah satu dari nama Neraka. Huthomah berasal dari kata Hathoma yang artinya menghancurkan sehancur-hancurnya. Karena orang yang suka mencaci orang lain itu menghancurkan hati orang yang dicelanya, makanya di akhirat Allah balas dengan siksa yang menghancurkan seluruh tubuhnya, lalu kami menghidupkannya lagi, menyiksanya lagi terus dan terus hingga seperti orang yang tak hidup dan orang yang tak mati. “Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Maha bijaksana.” (QS. An Nisa : 35)


AYAT 5

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ

“Tahukah kamu apakah (neraka) Ḥuṭamah?


AYAT 6

نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ

“(Ia adalah) api (azab) Allah yang dinyalakan”

Allah mengatakan نَارُ اللَّ   (api Allah), ketika api tersebut disandarkan kepada Allah maka itu menunjukkan bahwa api tersebut bukanlah api yang biasa akan tetapi api yang sangat mengerikan, karena yang menyiapkan api tersebut adalah Allah. Api spesial yang panasnya 70 kali lipat panasnya api dunia.

Api neraka pada asalnya sudah sangat panas, lalu dinyalakan dan dipanaskan lagi selama 1000 tahun oleh Allah, kemudian dipanaskan lagi selama 1000 tahun hingga api tersebut menjadi hitam, karena saking panasnya. Dan api tersebut disiapkan untuk orang kafir.


AYAT 7

الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ

“yang (membakar) naik sampai ke hati”

Makna kata  تَطَّلِعُ : 

  1. Sampai : Api tersebut sangat panas, dapat membakar tubuh manusia dari bagian luar hingga ke bagian tubuh yang paling dalam, yaitu hati dengan melewati beberapa lapisan kulit. Kenapa hati disebutkan secara spesifik padahal anggota tubuh bagian dalam itu kan banyak? Pendapat pertama para Ulama karena hati merupakan organ tubuh yang paling sensitif dan yang paling halus. Di sini Allah ingin menjelaskan betapa menderitanya para penghuni huthomah ini, mereka mendapatkan siksaan yang paling dahsyat hingga mencapai puncak siksaan yang paling tinggi hingga ke hati. Pendapat kedua jika siksaan manusia sudah mencapai ke dalam hati otomatis manusia tersebut akan mati, setelah mati dihidupkan kembali dan disiksa lagi, terus seperti itu tanpa ada akhir dan kekal selamanya.
  2. Mengetahui : Ahli tafsir mengatakan, api itu atas izin Allah SWT mampu mengetahui seberapa besar kebaikan dan keburukan seseorang. Jadi api bisa menentukan kadar siksaan yang akan diberikan kepada orang-orang yang suka mencela. Jadi masing-masing orang mendapatkan siksaan sesuai “kelas” masing-masing. 


AYAT 8

إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ

Sesungguhnya dia (api itu) tertutup rapat (sebagai hukuman) atas mereka”

Orang yang berada dalam neraka huthomah, akan disiksa dalam keadaan pintu tertutup rapat, tanpa ada celah sedikit pun untuk dapat dimasuki angin dari luar, begitu pun sebaliknya tidak ada uap api panas yang bisa keluar dari dalam, gambarannya demikian :

  1. Betapa panasnya api tersebut, jangankan terasa silir bahkan angin saja tidak bisa masuk ke dalamnya, sesak, pengap, panasnya terpusat mirip panci presto yang melumatkan duri ikan dan daging dalam waktu singkat.
  2. Mereka yang ada di dalamnya tidak ada harapan sama sekali untuk bisa keluar dari sana, jangankan pintu terbuka, celah saja tidak ada sama sekali. “Setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka) karena tersiksa, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasakanlah azab yang membakar ini!” (Al Hajj : 22)



AYAT 9

فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ

“(sedangkan mereka) diikat pada tiang-tiang yang panjang”

  • Fungsi tiang untuk mengunci pintu-pintu neraka dan membuat penghuninya semakin putus asa. “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (QS. Fatir : 37)
  • Fungsi tiang untuk memancung, orang-orang di ikat pada tiang lalu di panggang tanpa bisa bergerak sedikit pun.



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Firanda

2. Kajian Ustadz Adi Hidayat

3. Yufidtv

4. Ustadz Abdullah Zaen


Senin, 20 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL FIIL




Surat Al Fiil termasuk surat Makkiyah, yang turun sebelum Nabi Hijrah ke Medinah. 

Al Fiil artinya Gajah, walaupun demikian hal utama yang di bahas dalam surat ini adalah tentang keagungan kakbah bukan keagungan gajah. Allah sendiri yang turun tangan untuk memusnahkan orang-orang yang hendak menghancurkan kakbah, sekaligus sebagai sinyal keagungan Nabi Muhammad SAW karena beliau lahir pada peristiwa besar tersebut.

Dalam surat ini, juga menjelaskan tentang nikmat yang telah Allah karuniakan untuk orang-orang Quraisy yang menyelamatkan mereka dari serangan pasukan bergajah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Sama halnya dengan yang terdapat dalam QS. Al-Quraisy bahwa orang-orang Quraisy juga mendapatkan nikmat yang paling asasi yakni makanan dan rasa aman. Allah memberikan “hak istimewa” dengan menolong orang-orang Quraisy bukan berarti mereka lebih baik dari orang-orang Habasyah melainkan karena mereka memelihara Rumah Allah, Lagi-lagi tentang berkahnya hidup di sekeliling Ka’bah.


AZBABUN NUZUL

Bermula dari kisah Ashabul Ukhdud, yang Allah abadikan dalam Al Quran pada Surat Al-Buruj ayat 1-9, dimana dua puluh ribu kaum nasrani yang mempertahankan keteguhan iman dan menolak untuk murtad dibakar hidup-hidup olah raja dholim bernama Dzu Nuwas di Yaman. Kata Ukhdud berasal dari kata khadd yang artinya selokan lebar dan dalam seperti parit berisi kobaran api yang di gunakan untuk membakar kaum muslimin tersebut. Qodarullah salah satu dari mereka berhasil meloloskan diri yakni Daus. Lalu Daus meminta pertolongan kepada Raja di Syam, Raja Syam berkirim surat kepada kepada Raja Najasi di Habasyah (Ethiopia). Kemudian Raja Najasi memerintahkan kedua panglimanya yang bernama Abrahah dan Ar Riyath untuk menyerang Dzu Nuwas, dan akhirnya Dzu Nuwas pun tewas.

Setelah beberapa saat terjadi konflik mengenai siapa yang akan memimpin negeri diantara kedua panglima tersebut, Abrahah menantang Ar Riyath untuk melakukan duel, semula Abrahah hampir kalah karena tertusuk senjata di bagian wajah, namun Abrahah curang dengan menyuruh pasukannya untuk membunuh Ar Riyath. 

Berita kematian Ar Riyath tersebar hingga ke telinga Asyhamah (kakek Raja Najasi). Asyhamah marah besar kepada Abrahah. Untuk meredam kemarahan Asyhamah, Abrahah lalu berjanji akan membuatkan gereja yang tinggi dan super megah sebagai bentuk kesetiaan kepada kaumnya. Gereja tersebut di kenal dengan nama Qolais yang berasal dari kata Qolansowah (topi/peci) yang maknanya jika seseorang mendongak ke atas untuk melihat gereja, topi/peci yang dikenakan hampir jatuh saking tingginya.

Setelah gereja megah selesai di bangun, Abrahah memberikan ultimatum kepada seluruh penduduk Mekah Agar tidak lagi berhaji di Kakbah melainkan berpindah ke Gereja Qolais di Yaman. Mendengar hal tersebut orang-orang Quraisy jengkel dan marah, salah satu dari mereka membuang hajat di Gereja Qolais. Setelah Abrahah tahu kejadian tersebut, Abrahah marah besar dan hendak membalas dendam kepada orang-orang Quraisy. Berangkatlah Abrahah bersama pasukan gajah menuju Mekah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. 


AYAT 1

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?”

Tahukah Engkau merupakan kalimat pertanyaan, namun pertanyaan di sini bermaksud untuk menegaskan bahwa apa yang telah Allah lakukan terhadap pasukan bergajah ini benar-benar terjadi bukan sekedar cerita dongeng belaka. Di ayat ini Allah memerintahkah Nabi Muhammad SAW untuk mengambil hikmah dari kejadin tersebut. Pertanyaan di ayat ini sama halnya ketika Allah SWT memanggil Nadi Adam dan Hawa setelah makan buah khuldi, kemudian Allah berkata “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?” Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” 

Komentar dari Asy-Syaukani rahimahullah: 

“Ini untuk memberi Rasulullah, kesan kekaguman dan takjub, atas apa yang telah Allah lakukan kepada pasukan gajah.” Seolah-olah Allah sedang berfirman, ‘Kau telah mengetahuinya, ‘Hai Muhammad SAW’. Hanya dari kata ‘alam taro kaifa’, Allah ‘Azza wa Jalla seakan berfirman, Tidakkah kau sadari apa yang Allah lakukan kepada musuh-Nya? Jadi, apa yang salah denganmu? Mengapa tidak percaya pada-Nya? Kamu menggunakan kisah itu untuk berbangga hati, bagaimana Allah melindungi rumah-Nya. Mengapa kau tak mengambil langkah berikutnya menuju keimanan?”

Ahli sejarah mengatakan bahwasannya gajah yang di ajak bersama Abrahah jumlahnya tidak banyak, sekitar 8 sampai 12 gajah saja, gajah yang ukurannya paling besar diberi nama Mahmud. Saat rombongan Abrahah tiba di suatu tempat, pasukan Abrahah merampas unta milik penduduk di sana, termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib.

Mendengar unta miliknya di rampas pasukan, Abrahah lalu Abdul Muthalib mendatangi Abrahah. Abdul Muthalib memiliki perawakan yang gagah, ganteng dan sangat berwibawa hingga Abrahah merasa segan dan menghormati beliau. Lalu terjadilah dialog antara Abrahah dengan Abdul Muthalib melalui penerjemah Abrahah.

Intinya Abdul Muthalib datang karena ingin mengambil 200 unta miliknya, mendengar hal tersebut Abrahah heran, kenapa seorang Abdul Muthalib datang jauh-jauh hanya sekedar mengurusi unta miliknya alih-alih bernegosiasi agar kakbah tidak di serang Abrahah, lalu Abdul Muthalib menjawab, yang menjadi miliknya adalah 200 unta, sedangkan kakbah ada yang memilikinya (Allah). Sepulang dari tempat Abrahah, Abdul Muthalib mengajak beberapa orang Quraisy ke kakbah untuk berdoa kepada Allah agar kakbah dilindungi dari serangan Abrahah. “Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini”. Setelah berdoa Abdul Muthalib mengajak seluruh penduduk di sekitar kakbah naik ke atas bukit-bukit untuk menyaksikan pasukan Abrahah. 


AYAT 2

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?”

Kenapa Allah menggunakan istilah tipu daya? Padahal Abrahah dan pasukannya datang untuk menghancurkan kakbah secara terang-terangan? Letak tipu dayanya dimana ?. Jadi, secara lahiriyah maksud pembangunan gereja Abrahah adalah sebagai bentuk kesetiaan dan pengagungan terhadap agama orang-orang Nashara,  namun tujuan Abrahah yang sesungguhnya adalah ingin menghapuskan haji di Mekah dan berpindah ke Yaman, selain itu Abrahah juga ingin pusat perdagangan berpindah dari Mekah ke Yaman pula (tipu daya bisnis).

Kata tahliil bisa dimaknai dengan tersesat ataupun sia-sia. Apa yang sia-sia? Perbuatan Abrahah yang ingin menghancurkan kakbah tidak terlaksana, sehingga perbuatan yang mereka kerjakan menjadi sia-sia. Hal ini sama seperti yang di lakukan oleh Fir’aun tatkala ingin mempertahankan kedudukannya (tidak mau di ganti) dengan cara menyembelih seluruh bayi laki-laki di Mesir.


AYAT 3

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong”.

Tiba di sekitar kakbah, beberapa gajah termasuk gajah mahmud tidak mau berjalan ke depan menuju kakbah, segala cara dilakukan oleh pawang agar gajah mau menuju kakbah tetap saja gagal justru beberapa gajah berbalik ke belakang dan lari menjauh dari kakbah.

Abrahah terus melaju dengan sisa beberapa ekor gajah dan seluruh pasukannya, sebelum benar-benar mendekati kakbah, muncullah gerombolan burung yang berasal dari lautan secara berbondong-bondong (ababil).


AYAT 4

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar”.

Masing-masing burung membawa 3 hijaroh, satu di paruh dan dua di masing-masing kaki. Burung tersebut besarnya menyerupai kelelawar, kepalanya mirip seperti binatang buas, sedangkan kaki burung mirip seperti kaki anjing. 

Dilemparlah batu-batu panas yang mereka bawa ke arah pasukan gajah.


AYAT 5

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

sehingga Dia (Allah) menjadikan kmereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.

Akibat lemparan batu dari burung, anggota badan pasukan bergajah lepas satu persatu, bahkan saat batu itu mengain badan mereka bisa langsung tembus ke belakang (bagaikan daun di makan ulat). Sebagian besar pasukan gajah meninggal di tempat. Ada beberapa orang yang tidak meninggal namun mereka menjadi peminta-minta dan bahkan ada yang wajahnya terdapat bekas kotoran gajah. Abrahah sendiri sempat di bawa ke Yaman, tapi di perjalanan anggora badan Abrahah terlepas satu persatu juga, hingga tiba di yaman badan Abrahah terbelah tepat di depan para penduduk Yaman. Nah, maksud dari kejadian ini adalah, Allah sedang menghinakan Abrahah di depan kaumnya bahwa kesombongan itu membawa petaka bagi diri sendiri.


HIKMAH

Surat ini tidak hanya sebatas membahas tentang penyerangan Ka’bah, akan tetapi juga mengandung pesan sebagai peringatan bagi orang-orang yang memberontak, orang yang sombong, penguasa yang dzalim (tiran) yang hidup di masa apapun, entah dulu, sekarang, maupun yang akan datang, bahwa akibat yang mereka dapatkan sangat mengerikan



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen 

2. Kajian Ustadz Firanda

3. Web tafsir Ibnu Katsir online

4. Nakindonesia.com


Minggu, 12 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL QURAISY



Secara makna Surat Al -Quraisy masih berkaitan dengan surat Al-Fiil. Salah satu hikmah dihancurkannya pasukan gajah saat hendak merobohkan ka’bah adalah sebuah nikmat bagi orang-orang Quraisy sebagai penduduk Mekah. 

Suku Quraisy merupakan suku yang sangat besar di Arab. Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku Quraisy ini dimulai dari Bani Kinanah ada juga pendapat yang mengatakan suku Quraisy dimulai dari Bani Gholib. Berikut ini adalah nasab Nabi Muhammad SAW hingga ke Nabi Islmail AS dan Nabi Ibrahim AS.

Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusai bin Qilaf bin Murroh bin Kaab bin Luai bin Fihr bin Gholib bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin Hudzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Maad bin Adnan hingga sampai kepada Nabi Islmail AS dan Nabi Ibrahim AS namun ahli nasab tidak ada yang mengetahuinya.

MAKNA AYAT

Ayat 1
 لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ
Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy”
Sejatinya Allah menjaga ka’bah dati serangan Abrahah dan pasukan  bergajah ini untuk orang-orang Quraisy.
Kata ilaf  bermakna : 
- Untuk kehidupan orang-orang Quraisy di Kota Mekah, kebersamaan, kerukunan, dan keamanan.
- Kebiasaan orang-orang Quraisy. 

Ayat 2
إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
“(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan).
Orang-orang Quraisy mempunyai kebiasaan melakukan perjalanan setahun dua kali. Pada saat musim dingin orang-orang Quraisy bepergian ke Yaman untuk melakukan perdagangan, biasanya barang-barang yang di jual berupa hasil pertanian. Dan pada saat musim panas mereka bepergian ke Syam yang saat ini sudah di bagi ke dalam empat wilayah yaitu Palestina, Yordania, Libanon, dan Suriah untuk menjual buah-buahan. Allah memberikah kemudahan dan keamanan bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan tersebut.

Ayat 3
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ
Maka, hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah)
Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada orang-orang Quraisy untuk menyembah pemilik Ka’bah (Allah). Kenapa di sebut Robbnya Ka’bah? Karena Allah sedang mengetuk hati orang-orang Quraisy. Di Mekah dengan kondisi tanah yang tandus, namun Allah anugerahkan kepada mereka makanan karena keberkahan tanah haram, dan tak lepas pula dari doa Nabi Ibrahim AS saat meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang masih sangat kecil di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ada teman dan bekal untuk mereka. Lalu Nabi Ibrahim berdoa “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ayat 4
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut.”
Allah telah memberikan nikmat makanan untuk menghilangkan rasa lapar bagi mereka serta memberikan rasa aman bagi orang-orang Quraisy. Terkesan sederhana pesan dari ayat ini, akan tetapi ini justru menjadi nikmat yang paling asasi bagi kehidupan manusia.

Sumber Belajar :
1. Kajian Ustadz Nuzul Dzikri via yuotube.
2. Kajian Ustadz Firanda via youtube.

Sabtu, 04 Juni 2022

TADABBUR SURAT AL MA'UN

 


Al-Ma’un memiliki makna barang-barang yang bermanfaat, maksudnya adalah barang-barang secara umum mau pun barang-barang rumah tangga seperti panci, teko, piring dan lain sebagainya.

Dalam surat Al Ma’un ini mengajarkan kepada kita untuk menjaga hubungan kepada manusia habluminannas dan juga menjaga hubungan dengan Allah habluminallah.

Banyak fenomena di sekitar kita yang mengatakan “tidak berjilbab tidak apa-apa, yang penting baik akhlaknya”, “rajin sholat tapi tidak mau berbagi / pelit”, “saya tidak sholat, tapi saya sering membantu orang lain” dan sebagainya.

Hal semacam ini menggambarkan bahwa masih banyak orang di sekitar kita yang memahami islam secara sepotong-sepotong belum menyeluruh, padahal Allah memerintahkan agar kita menjaga kedua hubungan tersebut, dan barang siapa yang timpang antara kedua hal di atas maka oleh Allah di ancam dengan wail.


Faedah Surat Al Ma’un

1. Memuliakan anak yatim, membantu orang miskin, memperhatikan shalat, ikhlas dalam setiap amalan serta membantu orang lain mulai dari barang-barang yang ringan.

2. Menjelaskan orang yang meninggalkan kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada manusia.

3. Mendustakan Ad-diin artinya mendustakan hari pembalasan dan mendustakan Rasul.

4. Orang yang mendzolimi anak yatim tanda hatinya keras, tidak mengharap pahala dan tidak takut siksa Allah.

5. Sebelum memberi makan orang lain, diutamakan diri sendiri, beramal mulai dari diri sendiri lalu mengajak orang lain,

6. Orang yang lalai dalam shalat : menunda-nunda shalat, meninggalkan rukun shalat.

7. Orang yang lalai dalam shalat adalah orang yang riya’, beramal karena manusia.

8. Kita dianjurkan untuk memberi pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan.

9. Dalam membantu orang lain mulai dari yang ringan-ringan.

10. Memberikan sesuatu untuk dipinjam adalah sunnah.


Makna Ayat

Ayat 1

 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan?”

Kalimat tahukah engkau?, merupakan sebuah pertanyaan yang menunjukkan sikap keheranan. Apa yang membuat heran? Yaitu mereka yang mengingkari hari pembalasan. Ayat-ayat Allah yang memberikan kabar mengenai hari kiamat dan hari kebangkitan sangat banyak dan jelas, seperti surat Al Qori’ah, Al Qiyyamah dan lain-lain, namun masih saja banyak orang yang meragukannya bahkan tidak mempercayainya.

Siapa saja kah yang di mendustakan agama dalam ayat ini?

Ada yang berpendapat bahwa yang mendustakan agama adalah para pembesar Kaum Quraisy / orang-orang kafir terdahulu, seperti:

- Al Ash bin Wail : ayah dari Amru bin Ash yang merupakan sahabat Nabi, hingga meninggal Al Ash bin Wail tetap dalam keadaan kafir.

- Al Walid bin Mughirah : ayah dari Khalid bin Walid sahabat Nabi juga, Al Walid juga meninggal dalam keadaan kafir.

- Abu Jahl ibnu Hisyam : Ayah dari Ikrimah sahabat Nabi, Abu Jahl hingga akhir hayat masih terus memusuhi Nabi.

Intinya siapa yang mendustakan hari kebangkitan ini tidak ada penjelasan tegas dari Allah.


Ayat 2

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

Itulah orang yang menghardik anak yatim”

Dampak tidak mempercayai hari pembalasan adalah mudah menghardik anak yatim

Makna yatim adalah anak yang di tinggal wafat ayahnya sebelum baligh, dan tidak dikatakan yatim jika si anak sudah mencapai masa akil baligh.

Sedangkan pada hewan yang di sebut yatim jika di tinggal mati induknya (Qurthubi).

Mengurus dan menyantuni anak yatim akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah dan dekat dengan Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku dan orang yang memelihara anak yatim itu akan masuk surga seperti ini,". Nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggang keduanya. (HR. Bukhari).

Mengurus anak yatim di sini maksudnya benar-benar mengurus sampai besar, memenuhi segala kebutuhannya serta memperhatikan pendidikannya. Tanggung jawab mengurus anak yatim ini menjadi tanggung jawab bersama dam setiap orang akan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak, maka perhatikanlah! Adakah anak yatim di sekitar RT, di sekitar RW, atau di sekitar Desa yang butuh santunan. Bantulah yang dekat terlebih dahulu kemudian bantulah yang jauh.


Ayat 3

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”

Dampak tidak beriman kepada hari pembalasan adalah tidak mendorong/mengajak orang lain untuk memberi makan orang miskin.

Mengajak orang lain saja enggak mau apalagi memberi makan kepada orang miskin, kadang malah ada yang mengambil hak orang miskin. Misalnya : ikut menerima raskin padahal tidak tergolong orang miskin, ikut menggunakan gas melon padahal untuk usaha besar dan sebagainya. Dan ia juga tidak senang kalau orang lain bersedekah karena dirinya merasa terhina dan tercela saat tidak ikut bersedekah.

Sebenarnya dengan keberadaan orang miskin itu justru membantu orang-orang kaya. Seharusnya orang kaya juga berterima kasih kepada orang miskin. Why ? Rasul bersabda “Bantu aku para sahabatku dimana orang-orang miskin? ‘kenapa wahai Rasul?’ karena sesungguhnya kalian mendapatkan rezeki karena adanya orang-orang lemah disekeliling kita”.(HR. Abu Daud)

- Memberi makan orang miskin itu ibadah yang agung yang dapat menyelamatlan kita dari api neraka

- Tidak memberi makan orang miskin saat Allah beri kelebihan pada kita adalah perbuatan tercela.


Ayat 4 & Ayat 5

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat”

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“(yaitu) yang lalai terhadap salatnya”

Wail : sebagian ulama manafsirkan seperti sebuah lembah diantara dua gunung di neraka, untuk mencapai dasar lembah membutuhkan waktu selama 40 tahun. Menurut Sufyan bin Atho’ isi lembah tersebut adalah tetesan nanahnya penghuni neraka. Lalu siapa yang “menikmati” nanah tersebut ? Orang yang shalat namun lalai. Ciri orang yang lalai dalam shalat antara lain :

1. Jarang shalat : mengerjakan shalat saat sempat saja, shalat pada hari jum’at saja, shalat pada hari raya idul fitri atau idul Adha saja.

2. Mengerjakan shalat tapi di tunda-tunda (telat terus)

3. Shalat tepat waktu tapi tidak memenuhi rukun, syarat dan wajib shalat, misalnya wudhu tidak sempurna.

4. Asal-Asalan dalam shalat / tidak khusyuk.


Ayat 6

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

Yang berbuat riya”

Orang yang beribadah baik shalat, sedekah, haji dll karena mengharap sanjungan dari manusia.


Ayat 7

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

dan enggan (memberi) bantuan”

Pelit memberi pinjaman barang-barang yang bermanfaat.



Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Muh. Abduh Tuasikal via youtube

2. Kajian Ustadz Muh. Abdullah Zaen via youtube

3. Kajian Ustadz Firanda Andirja via youtube


Minggu, 29 Mei 2022

TADABBUR SURAT AL KAUTSAR



Ayat 1

 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak”.

Kata “kami” dalam ayat Al Quran sering ditanyakan oleh orang-orang Nashara, kenapa menggunakan kata “kami” apakah Tuhan kalian menunjukkan trinitas? Nah sebenarnya makna “kami” memilik 2 arti:

1. Kami sebagai bentuk pengagungan, sebagai mana yang terkandung dalam surat Al Fatihah ayat 6 “tunjukanlah kami jalan yang lurus” .

2. Kami sebagai bentuk jumlah yang banyak.

Al Kautsar secara bahasa berasal dari kata Al Katsrah yang artinya banyak

Menurut para Ulama Al Kautsar memiliki dua arti:

1. Al Kautsar : nikmat banyak yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti nikmat kanabian, nikmat akhlak yang mulia, nikmat pengagungan, nikmat hidayah, nikmat iman dll.

2. Al Kautsar : Nama sungai di surga atau telaga Nabi di Padang Mahsyar yang hanya bisa di capai oleh orang-orang yang beriman dan mengikuti agama Nabi. Dan barang siapa yang meminum aur dari telaga Al Kautsar maka ia tak akan pernah merasakan haus selamanya. Masya Allah!


Ayat 2

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!”.

Dalam ayat 2 ini, karena Allah telah memberikan nikmat yang banyak maka Nabi diperintahkan untuk mengerjakan shalat dan berkorban sebagai sebaik-baik bentuk rasa syukur. Shalat merupakan ibadah badan terbaik sedangkan berkorban adalah ibadah harta terbaik.


Ayat 3

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Orang-Orang kafir mencela Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Batr (terputus), kala itu Nabi Muhammad sedang dalam keadaan berduka karena semua anak laki-laki beliau telah Allah panggil mendahului beliau. Sehingga tidak ada penerus anak laki-laki di dalam keluarga Nabi. Jadilah hal ini menjadi bahan olok-olok oleh orang-orang kafir. Sejatinya yang terputus dari nikmat Allah itu adalah merekan bukan Nabi, nikmat kepada Nabi akan terus mengalir, beliau tetap mulia di sisi Allah, di puji dan di sanjung nama beliau, tetap terhormat dan senantiasa di agungkan.


Sumber belajar :

Kajian Ustadz Firanda via youtube.


Sabtu, 21 Mei 2022

TADABBUR SURAT AL KAFIRUN

 

Sebab turunnya QS. Al Kafirun

Suatu hari datanglah 4 orang kaum musyrikin, mereka adalah Al Aswad, Al Wahid, Umayyah dan Al Ash kepada Rasulullah SAW, untuk memberikan penawaran kepada beliau :

1. Menawarkan harta, agar Rasulullah SAW menjadi orang paling kaya.

2. Menawarkan wanita, Rasulullah SAW bebas memilik wanita mana saja yang beliau suka.

Rasulullah SAW menolak kedua tawaran tersebut. Kemudian kaum musyrikin memberikan penawaran yang ketiga yakni, bergantian dalam menyembah Tuhan, setahun sama-sama menyembah Allah kemudian setahun berikutnya bergantian menyembah Tuhannya kaum musyrikin.  Dengan sangat tegas Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut.


Makna Ayat

Ayat 1

Nabi Muhammad SAW diperintah oleh Allah SWT untuk memanggil orang kafir secara tegas dan keras. Nabi Muhammad sebenarnya memiliki sikap lembut yang sangat luar biasa, akan tetapi saat menghadapi kemungkaran beliau bersikap sangat tegas. Sebagaimana mana tertuang dalam QS. Ali Imran ayat 159, “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.....(QS. Ali Imran:159)

Kenapa di sini menggunakan kata kafir? 

a. Karena ini perintah Allah SWT.

b. Istilah kafir ada dalam islam, yaitu ada 2 jenis :

- Kafir asli : sejak lahir sudah menjadi kafir seperti orang-orang musyrikin, ahli kitab, atheis dan lain-lain.

- Kafir karena murtad


Ayat 2

“Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”

Pada ayat ini mengajarkan 2 prinsip :

1. Tidak boleh menyembah sesembahan orang-orang kafir.

2. Tidak boleh meniru cara ibadahnya orang-orang kafir.


Ayat 3

“Dan kalian bukan penyembah apa yang aku sembah” 

Faktanya 4 orang yang memberikan penawaran kepada Nabi tersebut yakni Al Aswad, Al Wahid, Umaiyyah dan Al Ash sampai ajal menjemput mereka tidak pernah meninggalkan sesembahan mereka, dan tetap menjadi kafir. Karena orang-orang musyrikin cenderung bosan 9dengan 1 Tuhan, ia akan selalu berganti Tuhan bila merasa bosan dan melihat ada Tuhan yang lebih keren. 


Ayat 4 dan Ayat 5

“Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah” (4)

“Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah”(5)

Ayat 4 memiliki kemiripan dengan ayat 2, sedangkan ayat 5 mirip dengan ayat 3. Apakah ini merupakan sebuah bentul pengulangan? Para ulama ternyata ada perbedaan pendapat.

1. Ulama pertama berpendapat bahwa ini murni pengulangan sebagai mana yang terdapat dalam surat Ar Rahmaan فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. Kenapa di ulang? Hal ini sebagai bentuk penegasan atas jawaban Nabi. Agar orang-orang musyrikin tidak kembali bernegosiasi dengan Nabi. 

2. Pendapat Ulama yang kedua  mengatakan bukan bentuk pengulangan  ayat 4 dan 5 ini berbeda maknanya dari ayat 2 dan 3. Ayat 2 dan menjelaskan bahwa Nabi tidak akan menyembah sesembahan orang musyrikin pada saat sekarang (kejadian). Sedangkan ayat 4 dan menjelaskan bahwa orang-orang musyrikin tidak akan pernah menyembah Allah di masa kini maupun di masa yang akan datang, istilah kerennya mereka hanya memberi harapan palsu kepada Nabi atas tawaran yang mereka buat.


Ayat 6

“Untukmu agamamu dan untukku agamamu”

Ayat ini merupakan kesimpulan dari penjelasan ayat-ayat sebelumnya sekaligus sebagai penutup. Ibnu Abas RA menjelaskan bahwa agama orang-orang musyrikin adalah kekufuran, sedangkan agama Nabi adalah agama yang sempurna, keduanya tidak bisa disamakan, karena balasan mereka adalah neraka, sedangkan balasan agama Nabi adalah surga. 


Sumber Belajar : 

Kajian Ustadz Abdullah Zaen via yuotube.


Minggu, 27 Maret 2022

TADABBUR SURAT AN NASHR




Azbabun Nuzul

Dinamakan surat An-Nasr karena memiliki arti pertolongan, yakni surat yang membahas tentang pertolongan Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah SAW dalam menghadapi Kaum Quraisy. Rasulullah diberi ujian berat dalam menghadapi kaumnya tersebut, berbagai cara mereka lakukan agar Rasul meninggalkan dakwah beliau, mulai dari ditawari wanita yang paling cantik di seluruh jazirah arab, ditawari kekayaan yang melimpah, ditawari kedudukan yang paling tinggi, namun semua rencana itu gagal, Rasul tetap memilih melanjutkan dakwahnya. Lalu Kaum Quraisy mulai memusuhi Nabi, melempari Nabi dengan batu, memerangi Nabi, memboikot dan perbuatan keji lainnya. Lagi-lagi Nabi tetap gigih dalam dakwah beliau hingga Allah datangkan pertolongan sebagaimana yang tertuang dalam surat An-Nasr.

Kata An-Nasr diambil dari ayat pertama. Ada yang menyebut dengan surat idzaa jaa’a, dan ada pula yang menyebut dengan nama surat At-Taudi’ (perpisahan), yakni mengisyaratkan dekatnya wafat Rasulullah SAW. 

Surat An-Nasr merupakan surat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah SAW setelah surat At-Taubah. Menurut Ibnu Katsir surat An-Nasr diturunkan di Mina saat Rasulullah SAW melaksanakan Haji Wada’. Sebagai mana yang dijelaskan oleh Ibnu Umar RA bahwa surat ini diturunkan pada pertengahan hari-hari tasyrik, “maka aku mengetahui bahwa hal ini merupakan al-wada’ (perpisahan).

Ada dua sebab kenapa surat An-Nasr ini diturunkan:

1. Hal ini menggambarkan sebuah kemenangan karena banyaknya orang Arab yang memeluk islam.

Umar bertanya kepada majelis perang badar “apa pendapat kalian mengenai firman Allah idza jaa’a nashrullahi wal fath dalam surat An Nasr?” “Allah memerintahkan kita untuk bertahmid dan beristighfar kepada-Nya jika Dia menolong dan memberi kemenangan,” jawab salah seorang dari mereka. Akan tetapi Ibnu Abbas RA berpendapat bahwa  idza jaa’a nashrullahi wal fath  merupakan isyarat ajal Rasulullah sudah dekat.

2. Mengisyaratkan bahwa kematian Rasulullah telah dekat. 

Setelah surat ini diturunkan, kemudian Rasulullah SAW memanggil putri beliau Fatimah dan mengabarkan bahwa kematian beliau telah dekat, seketika Fatimah pun menangis. Lalu Rasul bersabda “jangan menangis karena sesungguhnya engkau keluargaku yang paling awal menyusulku” (HR. Ad-Darimi dan Tabrani).


Makna Surat

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Apabila telah datang pertolongan Allah dan dan kemenangan

Dalam ayat ini Allah SWT sedang memberikan kabar gembira kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin tentang 2 hal :

1. Nasrullah : pertolongan Allah maksudnya adalah kemenangan kaum muslimin terhadap kaum musyrikin, baik kemenangan secara fisik (peperangan) maupun kemenangan berargumen (terbantah oleh ayat-ayat Al Quran dan hadits rasul)

2. Al-Fath : Penaklukan Kota Makkah yang terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun 8 H yang dikenal dengan peristiwa Fathul Makkah. Fathul Makkah ini dipicu karena kaum musyrikin menghianati perjanjian Hudaibiyah. Berkali-kali kaum musyrikin mengirimkan Abu Sufyan untuk memperbaharui perjanjian tersebut, kemudian Rasulullah datang ke Mekkah membawa 1.000 pasukan, kaum musyrikin banyak yang ketakutan, sebagian besar dari mereka masuk ke rumah masing-masing, ke rumah Abu Sufyan dan bersembunyi di masjid, hanya sedikit saja yang melakukan perlawanan kecil. Lalu Rasul mengumpulkan seluruh kaum musyrikin dan bertanya “kira-kira apa yang hendak aku lakukan terhadap kalian? Kaum musyrikin menjawab “Engkau orang baik dan dari keluarga baik”. Rasul berkata “pulanglah sekarang kalian sudah bebas”. 

نَصْرُ : kemenangan atau pertolongan Allah mengatasi lawan.

نَصْرُ اللَّهِ : menunjukkan bahwa kemenangan dinisbatkan kepada Allah semata.

الفتح berasal dari kata فتح yang artinya membuka, kemudian bisa diartikan sebagai sebuah kemenangan dengan terbukanya sebuah jalan yang tadinya terhalangi atau tertutup.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Al-Fath di sini maksudnya adalah pembebasan Kota Mekah (fathul makkah). Suku-suku bangsa arab menunda masuk islam hingga pembebasan Kota Mekah.

Sayyid Kutub dalam tafsir Fii Zhilalil Qur’an juga menjelaskan bahwa surat An-Nasr mengabarkan berita gembira tentang pembebasan Kota Mekah, dan Rasulullah tahu bahwa beliau akan wafat.


وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong

Dalam ayat kedua Allah juga masih memberikan kabar gembira yakni orang-orang di seluruh jazirah Arab berbondong-bondong masuk islam. Sebenarnya sebelum peristiwa fathul makkah ada yang masuk islam namun jumlahnya sedikit dan secara sembunyi-sembunyi. Pada tahun 9 H disebut sebagai tahun Delegasi, karena banyak kabilah-kabilah dari luar Arab berdatangan untuk menyatakan masuk islam, karena banyak yang menunggu penaklukan kota Mekah.

رأيت : melihat secara langsung dengan mata kepala (mengetahui)

Rasulullah melihat secara langsung penduduk Makkah berduyun-duyun masuk Islam dan beliau mendapatkan berita bahwa penduduk jazirah Arab juga berbondong-bondong masuk Islam. Termasuk orang-orang di luar Mekah dan Madinah yang selama ini menunggu apakah Rasulullah bisa membebaskan Makkah setelah sekian lama ‘diusir’ dari tanah kelahiran yang di dalamnya ada Baitullah.


فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”.

Ayat ke 3 berisi tentang perintah memperbanyak tasbih, tahmid dan istighfar atas kabar gembira ayat-ayat sebelumnya.

سبّح berasal dari kata سبح yang artinya berenang, yaitu seseorang yang menjauh dari posisinya, sehingga bermakna menjauhkan / mesucikan Allah dari segala kekurangan.

توابا berasal dari kata yang terdiri dari 3 huruf ta’ wauw dan ba’ yang artinya kembali. Kembalinya posisi seseorang ke tempat semula. Taubat adalah kembalinya seorang hamba ke posisinya di hadapan Allah.

Inilah taujih Rabbani saat datang pertolongan Allah dan kemenangan dari-Nya. Rasulullah diperintahkan untuk bertasbih, bertahmid dan beristighfar. Orang-orang beriman tidak boleh sombong dan euforia atas kemenangan ini. Tapi harus menyadari bahwa kemenangan itu datangnya dari Allah. Karenanya harus mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memohon ampunan. 


Kesimpulan

Surat An Nasr mengandung kabar gembira, arahan dan isyarat. Kabar gembira bahwa Allah SWT telah memberikan kemenangan terhadap Rasulullah dan kaum muslimin dan banyaknya orang-orang yang menyatakan masuk islam. Dalam surat ini juga memberi arahan, ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan tersebut, hendaklah Rasulullah menghadapkan diri kepada Allah dengan bertasbih, bertahmid dan beristighfar. Kemenangan ini juga menjadi tanda bahwa waktu kematian Rasul sudah dekat.


Sumber Belajar

1. Kajian Ustadz Abdullah Zaen via youtube yufid.tv

2. Mediadakwah.net

Minggu, 20 Maret 2022

TADABBUR SURAT AL LAHAB (AL MASAD)

 



Asbabun Nuzul Surat Al Lahab


Dinamakan surat Al Lahab karena membicarakan tentang kejahatan yang dilakukan Abu Lahab kepada Rasulullah SAW, dan balasan baginya adalah api yang menyala dan bergejolak (lahab). Ada juga yang menyebut dengan nama surat Al Masad, kata ini diambil dari ayat terakhir, dan ada pula yang menyebut dengan nama surat Tabbat sebagaimana pada kalimat pada awal surat.

Sebab turunnya surat Al Lahab ini adalah ketika Rasulullah SAW berdakwah untuk kerabat dekatnya, beliau berdiri di Jabal Shafa lalu memanggil orang-orang Quraisy, lalu semua berkumpul termasuk Abu Lahab paman Nabi, yang tidak bisa hadir juga turut mengirimkan perwakilannya. Semua terheran, ada apakah gerangan wahai Muhammad engkau kumpulkan kami semua di sini? 

Lalu Rasulullah SAW menjawab sebagaimana yang  diriwayatkan oleh Imam Bukhari : “Bagaimana pendapat kalian jika aku sampaikan kepada kalian bahwa musuh akan menyerang di pagi hari atau petang hari, apakah kalian percaya?”

Mereka menjawab, “kami percaya karena engkau tak pernah berdusta sekalipun”, Lalu Rasulullah mengatakan, “Maka sesungguhnya aku memperingatkan kepada kalian akan datangnya azab yang keras.”

Tiba-tiba Abu Lahab menyela, “Celakalah kamu ini, karena inikah engkau mengumpulkan kami?” Maka Allah pun menurunkan Surat Al Lahab.


Makna Surat Al Lahab


تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Binasalah kedua tangan Abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa

Abu Lahab nama aslinya adalah Abdul Uzza. Uzza merupakan nama berhala yang bentuknya pepohonan yang kemudian pohon tersebut di tebang oleh Khalid pada Fathul Makkah. Makanya di dalam Al Quran tidak di cantumkan nama Abdul Uzza melainkan dengan nama Abu Lahab karena Uzza maknanya buruk. Lalu kenapa nama Lahab? Karena ia tampan, memiliki kulit rona kemerahan seperti nyala api yang mencuat di malam hari. Ada pula yang berpendapat bahwa Lahab di sini maknanya kobaran api yang menyala, sebagai isyarat bahwa Abu Lahab akan masuk ke dalam api jahanam yang bergejolak. Menurut Ibnu Katsir bahwa Abu lahab telah celaka, nyata merugi dan binasa.

Abu Lahab merupakan paman nabi, cucu dari Bani Hasyim, memiliki strata sosial yang tinggi, kaya, dan sangat berpengaruh terhadap politik, dan menjadi bendahara saat itu. Sebenarnya paman nabi ada banyak, namun saat Nabi berdakwah paman Nabi tinggal 4, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (pertama masuk islam), Al Abas bin Abdul Muthalib (masuk islam sekitar tahun 7/8 H), Abu Thalib (tidak masuk islam tapi membela Nabi), dan Abu Lahab.

Abu Lahab merupakan musuh bebuyutan Nabi, ia tinggal bersebelahan dengan Nabi dipisahkan oleh dinding tanpa atap, saat mendengar Nabi membaca Al Quran, Abu Lahab sengaja melempari sampah, kulit binatang mati, dan juga kotoran. Selain itu saat nabi berdakwah ke pasar, diikutilah dari belakang oleh Abu Lahab sambil melempari batu hingga kaki Nabi berdarah.

Makna dari ke dua tangan celaka : karena Abu Lahab sering menunjukkan tangan kepada Nabi sambil berkata “Hay Muhammad, Hay Muhammad celakalah engkau”. Ada juga pendapat bahwa yang celaka tidak hanya tangan Abu Lahab, tapi seluruh badan.

Kebinasaan Abu Lahab, Allah tunjukkan dengan memberikan ia sakit adasah, semacam lepra yang melukai seluruh tubuh dan menimbulkan bau busuk, keluarga menjauhinya dan tak ada seorang pun yang bersedia mengurus pemakamannya karena takut tertular. Akhirnya hingga tiga hari jasadnya dibiarkan, digali lubang di bawah tempat tidurnya dan ia dijatuhkan ke lubang itu sebagai kuburnya.


مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan”

Aghna = harta, maa kasab = anak

Abu Lahab orang kaya, terpandang, ia terlalu membanggakan harta dan anak-anaknya, kelak di hari kiamat hartanya tidak bermanfaat baginya, termasuk juga anaknya yang bernama Uthaibah, ia tak bisa menolong bapaknya sama sekali, bahkan Uthaibah juga sering mengganggu dan memaki Nabi, hingga pada suatu saat Uthaibah  meludah di depan nabi sebagai bentuk penghinaan, lalu Nabi berdoa agar Uthaibah di serang binatang, lalu Allah kabulkan, Uthaibah meninggal karena di terkam singa.


سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

Kelak dia akan memasuki api yang bergejolak (neraka)”

Allah memvonis Abu Lahab masuk neraka pada ayat ini, Paman Nabi yang seharusnya membela dakwahnya, justru menjadi musuh yang paling kejam, musuh utama, bahkan tak ada seorang pun yang memusuhi Nabi sampai sejauh yang Abu Lahab lakukan terhadap Nabi. Kelak ia akan dimasukkan ke dalam api neraka yang berkobar-kobar.


وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

“(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). 

Istri Abu Lahab bernama Urwah binti Harb bin Umayyah yang merupakan cucu dari Bani Umayyah, memiliki wajah yang cantik sehingga dikenal dengan nama Ummu Jamil (cantik). Ia juga sering memaki Nabi.

Makna memikul kayu bakar ada khilafiyah:

1. Menunjukkan sebuah kiasan, istri Abu Lahab menjadi provokator agar orang-orang ikut membenci Nabi, ibatar menyulut api pada kayu bakar.

2. Sengaja memikul kayu berduri, untuk diletakkan di jalan yang dilalui oleh Nabi.

3. Istrinya ikut membawa kayu bakar, kelak di akhirat untuk membakar suaminya.


فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal

Kata jiid  artinya adalah leher, biasanya untuk menggambarkan keindahan leher wanita yang dihiasi dengan kalung.

Kata masad (مسد) adalah sejenis tali yang berasal dari pohon Al Masad yang tumbuh di Yaman dan dikenal sangat kuat. Masad juga berarti tali yang terbuat dari sabut.

Makna tali yang di pintal :

Tali yang digunakan untuk memikul kayu

1. Ia bersedekah kalung emasnya dalam rangka menghalangi dakwah Nabi, sehingga dibalas dengan kalung yang menyala di neraka.

Surat ini menunjukkan bahwa keluarga Abu Lahab keluarga yang jahat, bapak, istri dan juga anak semua kompak memusuhi Nabi.

Bahwa nasab itu tidak bermanfaat jika tanpa iman.


Sumber Belajar :

1. Kajian Ustadz Firanda via Youtube

2. Kajian Ustadz Nouman via Youtube

3. Bersamadakwah.net